Kementan Identifikasi Ribuan Hektare Lahan untuk Cetak Sawah Baru di Kalimantan Timur
Kementan identifikasi ribuan hektare lahan potensial di Kaltim untuk cetak sawah baru, sebagai upaya percepatan swasembada pangan dan komoditas beras.

Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat menindaklanjuti arahan terkait percepatan swasembada pangan di Kalimantan Timur (Kaltim), terutama untuk komoditas beras. Langkah konkret yang diambil adalah mengidentifikasi ribuan hektare lahan potensial yang dapat dicetak menjadi sawah baru. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan produksi beras lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Penanggungjawab Swasembada Pangan Kaltim dari Direktorat Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashwari, menjelaskan bahwa Kaltim mengalami defisit beras sekitar 200.000 ton. "Memang kita melihat ada defisit beras sekitar 200.000 ton dari jumlah produksi yang tidak mencukupi konsumsi di Kaltim, namun tantangan bagi daerah ini untuk segera mewujudkan kemandirian pangan," ujarnya di Samarinda, Senin.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementan fokus pada dua strategi utama, yaitu intensifikasi lahan sawah yang sudah ada dan ekstensifikasi melalui program cetak sawah baru. Program cetak sawah baru menyasar lahan-lahan yang belum termasuk dalam luas baku sawah di Kaltim.
Identifikasi Lahan Potensial untuk Cetak Sawah
Inti Pertiwi Nashwari menekankan bahwa proses identifikasi lahan dilakukan dengan sangat hati-hati. Kriteria-kriteria ketat harus dipenuhi untuk memastikan lahan tersebut benar-benar cocok untuk dijadikan sawah. Pemerintah tidak bisa sembarangan memilih lahan, terutama jika lahan tersebut termasuk kawasan hutan atau cagar alam.
Setelah melalui proses identifikasi yang cermat, Kementan telah mengantongi potensi lahan seluas 1.890 hektare yang siap untuk dicetak menjadi sawah baru pada tahun 2025. "Dalam mengidentifikasi lahan ini, kami sangat berhati-hati. Ada kriteria-kriteria yang harus dipenuhi. Kita tidak bisa serta-merta memilih lahan, apalagi jika lahan tersebut merupakan kawasan hutan atau cagar alam," tegasnya.
Kementan juga telah menyiapkan anggaran untuk survei, investigasi, dan desain lahan yang akan dicetak menjadi sawah. Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam merealisasikan program cetak sawah baru di Kaltim.
Potensi lahan untuk cetak sawah baru ini sebagian besar berada di Kutai Timur dan Kutai Kartanegara. Kedua kabupaten ini dinilai masih memiliki lahan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan pertanian.
Strategi Intensifikasi Lahan Sawah Existing
Selain program cetak sawah baru, Kementan juga fokus pada strategi intensifikasi lahan sawah yang sudah ada. Upaya ini dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman padi dari satu kali menjadi dua kali, bahkan tiga kali setahun. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan hasil panen dari lahan yang sudah ada.
Kementan juga berupaya meningkatkan produktivitas per hektare dari 3-4 ton menjadi lima ton. Dengan peningkatan produktivitas ini, diharapkan Kaltim dapat memenuhi kebutuhan berasnya sendiri tanpa harus bergantung pada pasokan dari daerah lain.
Saat ini, Kaltim memiliki potensi lahan untuk intensifikasi seluas 13.973 hektare. Menteri Pertanian menargetkan penambahan hingga 20.000 hektare. Ini menjadi tantangan bagi Kaltim untuk mencari tambahan sekitar 6.000 hektare lagi.
Inti Pertiwi Nashwari menjelaskan bahwa selama ini kebutuhan beras Kaltim dipasok dari daerah lain seperti Sulawesi dan Kalimantan Selatan. Distribusi dari daerah sekitar memang cukup lancar. Namun, target pemerintah saat ini adalah bagaimana memenuhi 200.000 ton ini dari produksi dalam daerah sendiri.
Untuk mencapai target tersebut, Kementan memperkirakan dibutuhkan sekitar 400.000 ton gabah kering panen. Dengan asumsi produktivitas rata-rata empat ton gabah per hektare per musim tanam, dengan asumsi dua kali tanam, maka setidaknya memerlukan sekitar 50.000 hektare sawah untuk bisa swasembada.
Kementan terus berupaya untuk mewujudkan swasembada pangan di Kaltim. Dengan kombinasi program cetak sawah baru dan intensifikasi lahan sawah yang sudah ada, diharapkan Kaltim dapat memenuhi kebutuhan berasnya sendiri dan menjadi daerah yang mandiri dalam hal pangan.