Kendala Tim SAR Evakuasi Korban Kapal Tenggelam di Halmahera Selatan
Tim SAR menghadapi kendala cuaca dan akses sulit saat mengevakuasi empat korban kapal LCT SJP 168 A yang tenggelam di perairan Halmahera Selatan.

Kecelakaan laut yang menimpa kapal LCT SJP 168 A di perairan Bokimiake, Kabupaten Halmahera Selatan, pada 3 Maret 2025 pukul 13.00 WIT, telah mengakibatkan empat awak kapal hilang dan masih dalam proses pencarian. Kejadian ini melibatkan delapan awak kapal, di mana empat orang berhasil diselamatkan oleh KM Mirza, sementara empat lainnya, yaitu Muh Mufly (mualim I), Bahruddin Djamani (KKM), Zuber (juru minyak), dan M Sapri Pammu (juru masak), masih dinyatakan hilang. Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas Ternate, Polairud Polda Maluku Utara, dan TNI AL Kota Ternate, kini tengah berupaya keras mengevakuasi para korban yang diduga terjebak di dalam bangkai kapal yang terbalik.
Upaya penyelamatan yang dilakukan tim SAR selama dua hari terakhir menghadapi berbagai kendala. Kepala Basarnas Ternate, Iwan Ramdani, menjelaskan bahwa hanya satu akses masuk ke dalam kapal yang ditemukan, namun akses tersebut sangat berisiko karena kondisi cuaca yang ekstrem dan membuat posisi kapal tidak stabil. "Jika penyelam memaksa masuk, ada kemungkinan akses tersebut tertutup, sehingga mereka bisa ikut terjebak di dalam bangkai kapal," ungkap Iwan Ramdani, menggambarkan bahaya yang dihadapi tim penyelam.
Selain kondisi cuaca yang buruk dan akses yang terbatas, keterbatasan waktu penggunaan tabung oksigen juga menjadi kendala utama dalam proses pencarian di dalam air. Hal ini memaksa tim SAR untuk mencari solusi alternatif. Saat ini, koordinasi dengan perusahaan kapal dan instansi terkait tengah dilakukan untuk membahas kemungkinan menarik atau membalikkan kapal agar proses evakuasi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan aman bagi para penyelam.
Upaya Penyelamatan dan Tantangan yang Dihadapi
Tim SAR telah mengerahkan enam penyelam untuk melakukan pencarian di dalam bangkai kapal LCT SJP 168 A. Namun, kondisi bangkai kapal yang terbalik dan akses yang terbatas membuat proses evakuasi menjadi sangat sulit dan berbahaya. Penyelam harus berhati-hati karena risiko terjebak di dalam kapal sangat tinggi. Selain itu, cuaca buruk juga memperparah situasi dan membatasi waktu operasi penyelaman.
Keterbatasan tabung oksigen juga menjadi faktor yang sangat krusial. Penyelam hanya memiliki waktu terbatas untuk melakukan pencarian di dalam air. Oleh karena itu, strategi penyelamatan yang tepat dan terkoordinasi sangat penting untuk memastikan keselamatan para penyelam dan keberhasilan evakuasi korban.
Basarnas Ternate terus berupaya maksimal untuk mengatasi kendala yang ada. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk perusahaan pemilik kapal, terus dilakukan untuk mencari solusi terbaik dalam mengevakuasi empat korban yang masih hilang. Proses evakuasi ini membutuhkan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak.
Kondisi Kapal dan Kronologi Kejadian
Kapal LCT SJP 168 A berlayar dari Desa Buli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur menuju Kota Bitung, Sulawesi Utara, saat mengalami kecelakaan dan terbalik di perairan sebelah selatan Kelurahan Mayau dan Tifure, Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate. Kejadian ini terjadi pada 3 Maret 2025 sekitar pukul 13.00 WIT. Kapal tersebut dalam kondisi terbalik, sehingga menyulitkan proses evakuasi korban yang diduga terperangkap di dalam.
Empat awak kapal yang selamat, yaitu nakhoda Philips J.M. Nasarany, masinis II Rahmat, dan dua juru mudi, Hamdani dan Irwandi, berhasil dievakuasi oleh kapal nelayan KM Mirza yang kebetulan melintas di lokasi kejadian. Keberadaan KM Mirza menjadi faktor keberuntungan bagi empat awak kapal yang selamat.
Proses evakuasi korban yang masih hilang terus dilakukan dengan berbagai upaya dan strategi. Tim SAR berharap dapat segera menemukan dan mengevakuasi keempat korban tersebut.
Imbauan Keselamatan Berlayar
Menyikapi kejadian ini, Kepala Basarnas Ternate, Iwan Ramdani, mengimbau masyarakat Maluku Utara untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca yang tidak menentu, terutama bagi mereka yang menggunakan jalur laut. "Pastikan kondisi cuaca dalam keadaan baik sebelum berlayar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan," pesannya.
Peringatan ini sangat penting mengingat kondisi cuaca yang sering berubah-ubah di perairan Maluku Utara. Keselamatan berlayar harus menjadi prioritas utama bagi semua pengguna jalur laut. Penting untuk selalu memantau prakiraan cuaca sebelum memulai perjalanan laut dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan.
Tim SAR terus berupaya maksimal untuk mengevakuasi korban dengan berbagai cara. Semoga operasi pencarian ini dapat membuahkan hasil dan keempat korban dapat segera ditemukan.