Operasi SAR Kapal LCT SJP 168 A di Ternate Ditutup Setelah Tujuh Hari Pencarian
Pencarian empat korban tenggelamnya Kapal LCT SJP 168 A di perairan Ternate dihentikan setelah tujuh hari operasi SAR tanpa hasil, meskipun kemungkinan pencarian akan dibuka kembali jika bangkai kapal ditemukan.

Kecelakaan kapal LCT SJP 168 A yang terjadi di perairan Pulau Batan Dua, Kota Ternate, telah mengakibatkan empat orang hilang dan operasi pencarian dan pertolongan (SAR) yang dilakukan selama tujuh hari akhirnya dihentikan. Operasi SAR yang melibatkan berbagai unsur, termasuk Basarnas Ternate, Polairud Polda Malut, dan instansi terkait lainnya, resmi ditutup pada Jumat (21/3). Keempat korban yang belum ditemukan adalah Muh Mufly (Mualim I), Baharuddin Zamani (Kkm), Zuber (Juru Minyak), dan M. Sapri Pammu (Juru Masak). Meskipun demikian, empat kru lainnya berhasil selamat, yaitu Philips J.M Nasarany (Nakhoda), Rahmat (Masinis), Hamdani (Juru Mudi), dan Irwandi (Juru Mudi).
Kepala Kantor SAR Ternate, Iwan Ramdani, menjelaskan bahwa keputusan penutupan operasi SAR diambil setelah upaya maksimal dilakukan selama tujuh hari tanpa hasil yang berarti. "Pihaknya telah melakukan operasi dari hari pertama hingga hari ketujuh, namun keempat korban belum dapat ditemukan," ungkap Iwan. Area pencarian bahkan telah diperluas hingga perairan Halmahera Selatan. Meskipun demikian, pencarian masih mungkin dibuka kembali jika bangkai kapal ditemukan.
Meskipun operasi SAR resmi ditutup, Iwan Ramdani menambahkan bahwa Basarnas Ternate tetap berkoordinasi dengan instansi terkait dan kapal-kapal yang melintas di area kejadian. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar setiap informasi terkait penemuan korban segera dilaporkan kepada Basarnas. Terkait penemuan bangkai kapal di perairan Desa Bokimiake, Halmahera Selatan, Basarnas masih berkoordinasi untuk memastikan identitas bangkai kapal tersebut. "Apabila benar itu adalah bangkai kapal LCT, kemungkinan operasi SAR kami buka kembali dan tim melakukan penyelaman di dalam bangkai kapal tersebut," tegas Iwan.
Pencarian Ekstrem di Tengah Cuaca Buruk
Salah satu kendala utama yang dihadapi selama operasi SAR adalah kondisi cuaca ekstrem yang berubah-ubah. Cuaca buruk ini tentu saja menyulitkan proses pencarian dan pertolongan. Operasi SAR melibatkan berbagai unsur, termasuk Kantor SAR Ternate, Polairud Polda Malut, Denbekang XV/2. A Ternate, Lanal Ternate, KSOP Bitung, KN. Pasatimpo, KSOP Ternate, Kantor Kesehatan Pelabuhan Ternate, Agen Kapal, Orasi, Rapi, nelayan Maluku Utara, Pemerintah Kelurahan Tifure, Pemerintah Desa Lelei, pihak perusahaan, dan Pemerintah Desa Busa.
Kerja sama dan koordinasi yang baik antar instansi terkait sangat penting dalam operasi SAR ini. Berbagai sumber daya dan peralatan dikerahkan untuk memastikan pencarian dilakukan secara efektif dan efisien. Meskipun demikian, kondisi alam yang menantang membuat proses pencarian menjadi lebih sulit.
Meskipun operasi SAR telah ditutup, upaya untuk menemukan para korban masih terus dilakukan melalui koordinasi dan pemantauan. Basarnas Ternate tetap berkomitmen untuk memberikan informasi terbaru terkait perkembangan kasus ini.
Kronologi dan Korban Kecelakaan Kapal LCT SJP 168 A
Kapal LCT SJP 168 A yang mengalami kecelakaan membawa delapan orang kru. Empat orang berhasil diselamatkan, sementara empat lainnya masih dinyatakan hilang. Informasi mengenai identitas korban dan kru kapal telah dipublikasikan oleh Basarnas Ternate. Penutupan operasi SAR ini tentu menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban yang masih berharap akan ditemukannya para korban.
Proses pencarian yang telah dilakukan selama tujuh hari menunjukkan betapa sulitnya operasi SAR di tengah kondisi cuaca yang ekstrem dan luasnya area pencarian. Meskipun operasi SAR telah resmi ditutup, harapan untuk menemukan para korban masih tetap ada, terutama jika bangkai kapal berhasil diidentifikasi.
Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan pelayaran dan kesiapsiagaan menghadapi kondisi cuaca buruk di laut. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan standar keselamatan dan prosedur operasional di laut.