Khofifah Optimis Jatim Tetap Raja Beras Nasional hingga 2025
Gubernur Khofifah optimis produksi beras Jawa Timur tetap tertinggi di Indonesia pada 2025, ditunjang optimalisasi lahan dan teknologi pertanian modern.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan optimismenya bahwa Jawa Timur akan mempertahankan posisinya sebagai penghasil beras terbesar di Indonesia hingga tahun 2025. Pernyataan ini disampaikan saat memimpin Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Jumat lalu. Rakor tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.
Optimisme Khofifah didasarkan pada target produksi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 12,7 juta ton pada tahun 2025. Ia percaya target ini dapat tercapai dengan mengoptimalkan 488.379 hektare lahan kurang produktif di Jawa Timur melalui perbaikan sistem irigasi. "Kami optimistis target peningkatan produksi GKP sebesar 12,7 juta ton bisa dicapai jika lahan kurang produktif dapat dioptimalkan dengan baik," tegas Khofifah.
Data produksi padi Jawa Timur selama lima tahun terakhir menunjukkan konsistensi provinsi ini sebagai penghasil padi tertinggi. Pada tahun 2020 tercatat 9,94 juta ton GKP, 2021 sebesar 9,79 juta ton GKP, 2022 mencapai 9,53 juta ton GKP, dan 2023 sebesar 9,71 juta ton GKP. Angka-angka ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Jawa Timur dalam mencapai target produksi beras di masa mendatang.
Optimalisasi Lahan dan Teknologi Pertanian Modern
Khofifah menekankan pentingnya penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) modern untuk mencapai target produksi nasional. Saat ini, sebagian besar petani di Jawa Timur masih menggunakan metode panen manual, yang berpotensi meningkatkan kehilangan hasil panen. "Jika panen dilakukan menggunakan 'combine harvester' dan pengeringan dengan 'bed dryer' maka kehilangan hasil bisa ditekan dan kualitas beras bisa meningkat menjadi premium," jelas Khofifah.
Selain optimalisasi lahan dan teknologi, dukungan infrastruktur juga menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan infrastruktur irigasi di Jawa Timur guna mendukung produktivitas pertanian. Proyek-proyek infrastruktur seperti Bendungan Bagong di Kabupaten Trenggalek dan Bendungan Karangnongko di Kabupaten Bojonegoro menjadi contoh nyata dukungan tersebut.
Tidak hanya beras, Jawa Timur juga merupakan penghasil utama komoditas pangan lain seperti jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit. Khofifah memastikan stok komoditas-komoditas tersebut aman menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). "Proyeksi ketersediaan selama Maret hingga April dalam kondisi surplus," tambahnya.
Dukungan Pemerintah Pusat
Menko Pangan Zulkifli Hasan melaporkan bahwa produksi beras nasional dari Januari hingga April 2025 diperkirakan mencapai 13,95 juta ton, sementara konsumsi pada periode yang sama sekitar 10,36 juta ton. Ini menunjukkan surplus 3,59 juta ton, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Ia juga meminta para bupati di Jawa Timur untuk aktif memantau kondisi panen di wilayah masing-masing.
Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan melalui optimalisasi infrastruktur irigasi. "Infrastruktur menjadi modal penting dalam mendukung pembangunan daerah. Maka, optimalisasi irigasi akan terus kami dorong guna mewujudkan ketahanan pangan," katanya.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat dan komitmen dari pemerintah daerah, optimisme Khofifah untuk mempertahankan Jawa Timur sebagai produsen beras tertinggi di Indonesia pada tahun 2025 semakin kuat. Keberhasilan ini akan bergantung pada sinergi antara pemerintah, petani, dan teknologi pertanian modern.
Langkah-langkah strategis yang dilakukan meliputi optimalisasi lahan, penggunaan alsintan modern, dan peningkatan infrastruktur irigasi. Semua upaya ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan program ini tidak hanya akan berdampak positif pada perekonomian Jawa Timur, tetapi juga akan berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian, target produksi beras nasional dapat tercapai dan Indonesia dapat terbebas dari ancaman krisis pangan.