KKP Gunakan Air Kelapa untuk Budi Daya Ikan Nila: Inovasi Ramah Lingkungan
Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Bitung (KKP) berhasil menemukan metode inovatif untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan nila jantan menggunakan air kelapa, sebuah solusi ramah lingkungan dan ekonomis.

Jakarta, 18 Februari 2024 - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Bitung, membuat gebrakan baru dalam dunia perikanan Indonesia. Mereka berhasil memanfaatkan air kelapa untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan nila, khususnya dalam maskulinisasi ikan nila. Metode ini menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis dibandingkan metode konvensional.
Maskulinisasi Ikan Nila dengan Air Kelapa: Solusi Ramah Lingkungan
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) KKP, I Nyoman Radiarta, menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti BPPP Bitung menunjukkan hasil yang menjanjikan. Air kelapa, ternyata efektif digunakan dalam proses maskulinisasi ikan nila melalui pakan. Hal ini membuka peluang besar bagi para pembudidaya ikan nila di Indonesia untuk meningkatkan produksi ikan nila jantan dengan cara yang lebih alami dan berkelanjutan.
Inovasi ini tidak hanya berdampak positif pada peningkatan produksi, tetapi juga mendukung penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor Kelautan dan Perikanan. BPPSDM KP, sebagai pengampu BPPP Bitung, berperan penting dalam menyebarluaskan temuan ini kepada para pembudidaya dan instruktur.
Efisiensi dan Keunggulan Metode Baru
Kepala BPPP Bitung, Natalia, menjelaskan lebih lanjut mengenai metode maskulinisasi ikan nila. Ia menekankan bahwa ikan nila jantan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan betina, sehingga maskulinisasi menjadi metode yang banyak diterapkan. Namun, metode konvensional yang menggunakan hormon sintetik seperti 17α-metiltestosteron memiliki potensi risiko lingkungan dan kesehatan.
Dengan menggunakan air kelapa, metode ini menawarkan solusi alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan. Penelitian yang dilakukan sejak 25 September hingga 22 November 2024 menunjukkan hasil yang signifikan. Larva ikan nila yang diberi pakan yang dicampur dengan air kelapa (dosis 0,12 ml per gram pakan) menghasilkan persentase ikan jantan mencapai 66,32 persen. Lebih mengagumkan lagi, tingkat kelangsungan hidup ikan mencapai 98,89 persen, tanpa dampak negatif pada pertumbuhan.
Langkah Selanjutnya dan Dukungan Pemerintah
KKP berencana untuk menyusun panduan teknis sederhana agar inovasi ini dapat diimplementasikan dengan mudah oleh para pembudidaya di seluruh Indonesia. Natalia menambahkan bahwa penelitian ini akan terus dikembangkan untuk mencapai hasil yang lebih optimal dan menjadi standar baru dalam budidaya ikan nila. Hal ini selaras dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, yang mendorong seluruh unit kerja KKP untuk terus berinovasi dan meningkatkan produktivitas masyarakat kelautan dan perikanan.
Penggunaan air kelapa dalam budidaya ikan nila merupakan contoh nyata inovasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Metode ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi para pembudidaya ikan nila di Indonesia dan berkontribusi pada peningkatan perekonomian sektor perikanan.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan para pembudidaya ikan nila dapat meningkatkan pendapatan dan daya saing mereka di pasar. KKP berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan inovasi di sektor perikanan untuk mencapai keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat.