KLB PMK di Sumbar: Vaksinasi Terhenti, Kasus Melonjak?
Penghentian sementara vaksinasi PMK di Sumatera Barat diduga menjadi penyebab meningkatnya kasus PMK pada November 2024, terutama menjelang Idul Adha, sehingga pemerintah setempat mengantisipasi lonjakan kasus dan menyiapkan langkah pencegahan.
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Sumatera Barat (Sumbar) kembali meningkat pada November 2024. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Sumbar menduga, Kejadian Luar Biasa (KLB) ini disebabkan terhentinya program vaksinasi hewan ternak sebelumnya. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Veteriner DPKH Sumbar, Muhammad Kamil, di Padang, Selasa.
Menurut Kamil, vaksinasi PMK hanya efektif selama enam bulan. Setelah periode tersebut, antibodi hewan akan menurun, sementara virus PMK terus berevolusi. Vaksinasi berkala sangat penting untuk menjaga kekebalan hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Namun, keterbatasan anggaran memaksa pemerintah untuk menghentikan sementara program vaksinasi.
"Pada 2024 kita sempat jeda vaksinasi karena tidak ada laporan kasus PMK," jelas Kamil. Ia menambahkan bahwa secara epidemiologis, peningkatan kasus PMK di akhir 2024 atau awal 2025 sudah dapat diprediksi akibat penghentian vaksinasi tersebut.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar pun waspada terhadap potensi peningkatan kasus menjelang Idul Adha 1446 H. Permintaan daging ternak akan meningkat tajam, sehingga risiko penyebaran PMK juga ikut naik. Pemprov Sumbar telah memetakan daerah-daerah rawan PMK, dengan puncaknya diperkirakan terjadi pada Juli 2025.
Sebagai langkah antisipasi, Pemprov Sumbar menyiapkan vaksin dan akan gencar melakukan sosialisasi kepada peternak. Vaksin akan didistribusikan dan upaya pencegahan akan dimaksimalkan untuk menekan angka penyebaran virus PMK.
Sementara itu, Dayat, seorang peternak sapi di Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, menyatakan bahwa ternaknya masih sehat. Ia berharap pemerintah segera memberikan bantuan vaksin gratis untuk mencegah penyebaran PMK.
"Alhamdulillah, belum ada sapi yang terjangkit PMK. Tapi saya berharap pemerintah segera menyiapkan langkah pencegahan sebelum terjadi PMK," ujar Dayat. Pernyataan Dayat mewakili keresahan para peternak yang membutuhkan jaminan perlindungan ternak mereka dari ancaman PMK.
Kesimpulannya, peningkatan kasus PMK di Sumbar diduga kuat terkait dengan penghentian sementara vaksinasi. Pemerintah daerah telah mengambil langkah antisipasi dengan menyiapkan vaksin dan sosialisasi, khususnya menjelang peningkatan permintaan daging pada Idul Adha. Kejadian ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya vaksinasi rutin dan kesiapan anggaran untuk mencegah wabah penyakit hewan.