Komnas HAM Dalami Insiden Intan Jaya: Dugaan Korban Sipil dan Pernyataan Berbeda Pihak TNI dan PGI
Komnas HAM proaktif selidiki insiden Intan Jaya yang diduga menewaskan warga sipil, sementara TNI laporkan operasi berhasil dan PGI sebut ada korban sipil.

JAKARTA, 16 Mei 2024 - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tengah mendalami insiden bersenjata di Distrik Sugapa dan Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Insiden yang diduga mengakibatkan korban dari kalangan warga sipil ini telah mendorong Komnas HAM untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan.
Anggota Komnas HAM RI, Uli Parulian Sihombing, menyatakan bahwa meskipun belum ada laporan resmi yang masuk, Komnas HAM tetap proaktif mengumpulkan informasi. Pihaknya berkoordinasi dengan kantor perwakilan di Papua dan berbagai pihak di Intan Jaya untuk memastikan ada atau tidaknya korban sipil dan pengungsi akibat insiden tersebut. "Kantor perwakilan kami di Papua sedang berkoordinasi dengan kami juga dengan berbagai pihak di Intan Jaya," katanya dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta.
Komnas HAM menekankan pentingnya dialog dalam penanganan konflik kemanusiaan di Papua dan mendesak perlindungan terhadap masyarakat sipil di wilayah konflik. "Komnas HAM concern terhadap perlindungan masyarakat sipil yang ada di wilayah konflik," tegas Uli Parulian Sihombing.
Kronologi Insiden dan Pernyataan Pihak Berwenang
Sebelumnya, Satuan Tugas Habema TNI melaporkan telah melakukan operasi penindakan terhadap kelompok bersenjata di Distrik Sugapa pada Rabu, 14 Mei 2024. Operasi yang berlangsung dari pukul 04.00 hingga 05.00 WIT ini menyasar beberapa kampung di sekitar Sugapa. Dansatgas Media Koops Habema, Letnan Kolonel Inf. Iwan Dwi Prihartono, menjelaskan bahwa operasi bertujuan memberikan pelayanan kesehatan, edukasi, dan pengamanan pembangunan jalan ke Hitadipa.
Namun, TNI menyatakan bahwa upaya tersebut dimanipulasi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang menjadikan warga sebagai tameng dan menyebarkan narasi ancaman. Operasi gabungan, menurut Letnan Kolonel Iwan, dilaksanakan secara profesional dan terukur, berhasil mensterilkan wilayah Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning dari kelompok OPM yang dipimpin oleh Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker. TNI melaporkan tewasnya 18 anggota OPM dan mengamankan sejumlah barang bukti.
"Seluruh personel TNI dalam kondisi aman dan lengkap. Saat ini pasukan masih disiagakan di sejumlah sektor strategis guna mengantisipasi kemungkinan pergerakan kelompok sisa," kata Letnan Kolonel Iwan.
Pernyataan PGI: Korban Sipil dan Pengungsian
Berbeda dengan pernyataan TNI, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) melaporkan adanya korban sipil akibat operasi militer tersebut. Kepala Biro Papua PGI, Ronald Tapilatu, dalam jumpa pers di Jakarta pada Kamis, 15 Mei 2024, menyatakan bahwa operasi militer mengakibatkan korban luka tembak pada ibu dan anak, serta tiga orang meninggal dunia. Lebih lanjut, PGI melaporkan sekitar 950 masyarakat sipil dari 13 gereja mengungsi.
"Gereja-gereja di Indonesia memiliki sikap tegas bahwa penembakan terhadap masyarakat sipil tidak bersenjata sangatlah tidak bisa ditolerir. Karenanya, harus segera dihentikan. Kekerasan tidak menyelesaikan masalah," tegas Ronald Tapilatu.
Kesimpulan
Perbedaan pernyataan antara TNI dan PGI terkait insiden di Intan Jaya ini menjadi fokus penyelidikan Komnas HAM. Komnas HAM akan terus mengumpulkan informasi dan berupaya memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Perlindungan terhadap warga sipil dan penyelesaian konflik secara damai tetap menjadi prioritas utama.