Korban Banjir Tapanuli Selatan Mulai Kembali ke Rumah, BNPB Pantau Pemulihan
Banjir di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, telah surut dan 19 keluarga (76 jiwa) mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing, meskipun upaya pemulihan infrastruktur masih berlangsung.

Banjir yang melanda Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada Kamis (13/3) malam telah surut. Sebanyak 19 keluarga atau 76 orang yang sebelumnya mengungsi karena rumah mereka terendam banjir, kini telah kembali ke rumah masing-masing. Peristiwa ini terjadi di beberapa desa di Kecamatan Angkola Muaratais, Kecamatan Batang Angkola, dan Kecamatan Sayur Matinggi. Proses kepulangan warga ditandai dengan surutnya total genangan air dan upaya gotong royong membersihkan rumah dari sisa-sisa banjir.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memberikan keterangan resmi terkait peristiwa ini pada Sabtu (15/3). Ia menjelaskan bahwa meskipun warga telah kembali, tim gabungan tetap berada di lokasi untuk memberikan bantuan kebutuhan dasar dan melakukan pendataan guna upaya pemulihan infrastruktur yang rusak akibat bencana hidro-meteorologi basah tersebut. Pernyataan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam membantu warga terdampak pascabencana.
Data sementara dari BPBD Tapanuli Selatan mencatat 223 unit rumah terendam banjir akibat luapan Sungai Batang Angkola yang disebabkan oleh intensitas hujan tinggi selama dua hari. Selain rumah warga, bencana ini juga mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur, termasuk tiga unit rumah rusak berat dan dua unit jembatan gantung yang mengalami kerusakan serupa. Bencana ini juga berdampak pada sektor pertanian, dengan 402 hektare lahan persawahan terdampak banjir.
Pemulihan Pasca Banjir Tapanuli Selatan
Meskipun sebagian besar warga telah kembali ke rumah, proses pemulihan pascabanjir masih terus berlangsung. Tim gabungan yang terdiri dari berbagai instansi terkait terus bekerja keras untuk membantu warga terdampak. Bantuan kebutuhan dasar terus disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Pendataan kerusakan infrastruktur dan lahan pertanian juga masih dilakukan untuk memastikan proses perbaikan dan rehabilitasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Gotong royong menjadi kunci dalam upaya pemulihan ini. Warga secara aktif berpartisipasi dalam membersihkan rumah dan lingkungan sekitar dari sisa-sisa banjir. Semangat kebersamaan ini menunjukkan resiliensi masyarakat Tapanuli Selatan dalam menghadapi bencana alam.
Pemerintah daerah juga berperan penting dalam proses pemulihan ini. Pendataan yang akurat dan komprehensif akan menjadi dasar perencanaan yang tepat dalam upaya pemulihan infrastruktur dan sektor pertanian. Hal ini penting untuk memastikan agar masyarakat dapat kembali pulih secara ekonomi dan sosial.
Dampak Banjir terhadap Infrastruktur dan Pertanian
Banjir di Tapanuli Selatan tidak hanya berdampak pada rumah warga, tetapi juga pada infrastruktur dan sektor pertanian. Kerusakan infrastruktur berupa tiga rumah rusak berat dan dua jembatan gantung membutuhkan penanganan segera untuk memastikan keselamatan dan kelancaran akses masyarakat. Kerusakan ini memerlukan anggaran dan perencanaan yang matang untuk perbaikan dan pembangunan kembali.
Sektor pertanian juga mengalami kerugian yang signifikan. Luasnya lahan persawahan yang terdampak banjir (402 hektare) berpotensi menyebabkan penurunan hasil panen. Pemerintah perlu memberikan bantuan dan dukungan kepada petani agar mereka dapat kembali bercocok tanam dan memulihkan perekonomian mereka.
Upaya pemulihan sektor pertanian perlu dilakukan secara terintegrasi, mulai dari penyediaan benih dan pupuk hingga akses pasar bagi hasil panen. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian dan kesejahteraan petani di Tapanuli Selatan.
"Mereka sudah kembali pulang ke rumah masing-masing, karena banjir sudah surut total. Kondisinya saat ini mereka secara gotong-royong membersihkan rumah dari material sisa banjir," kata Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Pencegahan dan mitigasi bencana perlu ditingkatkan untuk meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan oleh bencana hidro-meteorologi di masa mendatang. Koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat penting dalam menghadapi dan mengatasi bencana alam.