Kunci Sukses Pesantren Ramah Lingkungan: Kolaborasi dan Peran Perempuan
Studi PPIM UIN Jakarta ungkap kunci keberhasilan pesantren ramah lingkungan di Indonesia; kolaborasi multisektor dan peran perempuan jadi penentu keberlanjutan.

Jakarta, 19 Februari 2025 - Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru-baru ini merilis hasil penelitiannya mengenai keberhasilan pesantren ramah lingkungan di Indonesia. Studi yang berjudul 'Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang' ini mengungkapkan kunci keberhasilan tersebut melalui berbagai metode pengumpulan data, termasuk Focus Group Discussion (FGD) dan studi kasus di 55 pesantren yang tersebar di 12 provinsi.
Penelitian yang melibatkan 214 informan, terdiri dari para kiai, nyai, ustaz, ustazah, dan santri, ini menemukan bahwa 74,52 persen dari 361 pesantren yang disurvei memiliki program lingkungan. Mayoritas program ini berfokus pada penanaman pohon dan pengelolaan sampah. Temuan menarik lainnya adalah 87 persen program lingkungan yang diterapkan dapat berlanjut, meskipun sebagian besar merupakan program berskala kecil. Hal ini menunjukkan potensi besar namun juga tantangan dalam menjaga keberlanjutan program tersebut.
Studi ini juga mengungkap bahwa pesantren yang memiliki program ramah lingkungan cenderung menunjukkan perilaku ramah lingkungan yang lebih tinggi. Ini membuktikan bahwa adanya program yang terstruktur dan terencana mampu mendorong perubahan perilaku positif di lingkungan pesantren.
Fokus Utama dan Inovasi di Pesantren Ramah Lingkungan
Fokus utama program ramah lingkungan di pesantren umumnya meliputi pengelolaan sampah dan limbah, konservasi dan biodiversitas, budi daya pertanian dan peternakan, energi alternatif dan pengelolaan air, pendidikan lingkungan, serta infrastruktur ramah lingkungan. Menariknya, pesantren juga telah berinovasi dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam program lingkungan, melahirkan konsep-konsep seperti sedekah sampah, sedekah oksigen, dan wakaf mata air.
Konsep-konsep inovatif ini tidak hanya mendorong pelestarian lingkungan, tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis berbasis keagamaan. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi pendorong kuat aksi lingkungan di tingkat akar rumput. Namun, keberlanjutan program ini membutuhkan kolaborasi multisektor yang kuat dan terintegrasi.
Prof. Iim Halimatussa'diyah, Koordinator Riset PPIM UIN Jakarta, menekankan pentingnya kolaborasi multisektor dalam mendukung keberlanjutan program ramah lingkungan di pesantren. Beliau juga menyoroti peran penting perempuan dalam keberhasilan program tersebut. "Kasus-kasus di pesantren telah membuktikan bahwa nilai agama bisa menjadi pendorong kuat aksi lingkungan. Namun, keberlanjutan memerlukan kolaborasi multisektor," ujarnya.
Peran Perempuan sebagai Kunci Keberlanjutan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pesantren yang melibatkan perempuan dalam kepemimpinan program lingkungan cenderung memiliki program yang lebih berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan bukan hanya soal keadilan gender, tetapi juga faktor strategis untuk efektivitas program lingkungan. Oleh karena itu, Iim berharap adanya kebijakan yang lebih inklusif di pesantren, termasuk pemberdayaan nyai dan santriwati dalam struktur kepemimpinan, serta penyediaan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan perempuan dalam isu lingkungan.
Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan program lingkungan di pesantren tidak hanya bergantung pada program yang terstruktur, tetapi juga pada partisipasi aktif dan kepemimpinan perempuan. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang holistik dan inklusif dalam membangun pesantren ramah lingkungan yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, studi ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kunci keberhasilan pesantren ramah lingkungan di Indonesia. Kolaborasi multisektor dan peran perempuan menjadi dua faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk memastikan keberlanjutan program-program tersebut dan mendorong replikasi model keberhasilan ini ke pesantren-pesantren lain di seluruh Indonesia.
Ke depan, diharapkan akan lebih banyak penelitian dan pengembangan program yang fokus pada pemberdayaan perempuan dan kolaborasi multisektor untuk mendukung pesantren ramah lingkungan yang berkelanjutan.