Kurikulum Merdeka di Bengkayang: Dorong Penguatan Karakter dan Kearifan Lokal
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkayang mendorong implementasi Kurikulum Merdeka yang berfokus pada penguatan karakter dan pelestarian kearifan lokal, seperti motif batik Bipokat.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, pada Selasa, 22 April 2024, mendorong sekolah-sekolah di wilayah tersebut untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan fokus pada penguatan karakter dan pelestarian kearifan lokal. Kepala Dikbud Bengkayang, Heru Pujiono, mengajak para siswa untuk mencintai budaya lokal sebagai identitas daerah. Langkah ini diambil karena Dikbud Bengkayang percaya bahwa pelestarian budaya lokal sangat penting untuk membentuk karakter generasi muda yang kuat dan berjati diri. Hal ini dilakukan melalui monitoring kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 3 Samalantan Bengkayang.
Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk membangun karakter siswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan berakar pada budaya lokal. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menjadi generasi penerus yang mampu menjaga dan melestarikan warisan budaya Bengkayang. Program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila dan cinta tanah air.
Penerapan Kurikulum Merdeka di Bengkayang diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang memiliki pemahaman dan kecintaan yang mendalam terhadap budaya lokal. Melalui program ini, siswa diharapkan dapat belajar dan berkreasi dengan memanfaatkan kearifan lokal sebagai inspirasi dan identitas diri. Dikbud Bengkayang optimis bahwa program ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan pendidikan dan karakter siswa di Bengkayang.
Mengenal Motif Batik Bipokat Bengkayang
Dalam kunjungannya ke SMP Negeri 3 Samalantan, Heru Pujiono memperkenalkan batik khas Bengkayang dengan motif Bipokat. Motif ini bukan sekadar corak kain, tetapi representasi kekayaan alam dan nilai budaya masyarakat Bengkayang. "Motif Bipokat ini bukan hanya corak di kain, tapi cerminan dari akar budaya kita. Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi. Jadikan kearifan lokal sebagai inspirasi dan identitas dalam setiap karya dan perilaku di sekolah," ujar Heru. Hal ini menekankan pentingnya peran siswa dalam melestarikan warisan budaya daerah.
Motif Bipokat yang unik dan kaya makna diharapkan dapat menginspirasi siswa untuk menciptakan karya-karya kreatif yang bernilai budaya tinggi. Penggunaan motif ini dalam Kurikulum Merdeka diharapkan dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni dan budaya lokal. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar tentang motif Bipokat, tetapi juga memahami nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Melalui pengenalan motif Bipokat, Dikbud Bengkayang berupaya untuk menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya lokal di kalangan generasi muda. Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk aktif berperan serta dalam pelestarian budaya Bengkayang untuk generasi mendatang.
Penerapan motif Bipokat dalam kurikulum juga sebagai upaya untuk memperkenalkan kekayaan budaya Bengkayang kepada dunia luar. Dengan demikian, Bengkayang dapat dikenal sebagai daerah yang memiliki kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.
Penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui Kearifan Lokal
Kegiatan monitoring Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMP Negeri 3 Samalantan menjadi momentum penting dalam memperkuat peran sekolah dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila, gotong royong, dan cinta tanah air. Heru menekankan pentingnya pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan tujuan Kurikulum Merdeka untuk mengembangkan karakter siswa yang berakhlak mulia dan cinta tanah air.
Pendekatan kontekstual berbasis budaya lokal dalam P5 memungkinkan siswa untuk belajar dan berkreasi dengan memanfaatkan kearifan lokal sebagai sumber inspirasi. Siswa dapat mengeksplorasi potensi diri dan kreativitas mereka melalui berbagai kegiatan yang bermuatan nilai-nilai budaya lokal. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Dikbud Bengkayang berharap, melalui P5, siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berakar pada budaya daerah. Siswa yang memiliki karakter kuat akan lebih mampu menghadapi tantangan dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.
Apresiasi diberikan kepada pihak sekolah atas upaya nyata dalam mengembangkan potensi siswa melalui P5. Hal ini menunjukkan komitmen sekolah dalam membentuk generasi muda yang unggul dan berkarakter.
Kurikulum Merdeka yang diimplementasikan di Bengkayang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang kuat. Dengan demikian, lulusan dapat menjadi individu yang tangguh, berkarakter, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.