Kurma Lombok Utara: Ikon Ekonomi Baru yang Mendunia
Lombok Utara berpotensi menjadi pusat ekonomi baru berkat suksesnya budidaya kurma dengan kualitas internasional, bahkan mengincar Festival Kurma Internasional tahun 2026.

Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, tengah bertransformasi. Bukan hanya keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga potensi ekonomi barunya yang tengah berkembang pesat: kurma. Berkat ketekunan dan inovasi, kurma Lombok Utara telah menembus pasar internasional, bahkan bercita-cita menjadi tuan rumah Festival Kurma Internasional pada tahun 2026.
Inisiatif ini digagas oleh Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar, yang melihat potensi besar dari tanaman kurma yang tumbuh subur di daerahnya. Keberhasilan petani kurma Lombok Utara dalam dua kali mengikuti pameran kurma internasional di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada tahun 2023 dan 2024, semakin memperkuat keyakinan tersebut. Kurma Lombok Utara bahkan berhasil meraih peringkat tujuh dari sepuluh kurma terbaik dunia, berkat cita rasa dan teksturnya yang unik. "Saya pernah mencicipi kurma itu, rasanya enak sekali, buahnya besar," ujar Bupati Najmul Akhyar.
Sukses ini bukan tanpa alasan. Kondisi geografis Lombok Utara, dengan tanah berpasir akibat letusan Gunung Samalas tahun 1257, ternyata sangat ideal untuk budidaya kurma. Karakteristik tanah ini mirip dengan tanah di Timur Tengah, tempat kurma telah menjadi makanan pokok selama ribuan tahun. Selain tanah, suhu udara dan kecepatan angin yang ideal juga turut mendukung pertumbuhan kurma di Lombok Utara. Suhu siang hari yang mencapai 40 derajat Celcius dan turun drastis hingga 16 derajat Celcius di malam hari menciptakan iklim mikro yang sempurna.
Dari Ilmuwan Tanah hingga Petani Kurma Sukses
Di balik kesuksesan budidaya kurma Lombok Utara terdapat sosok inspiratif, Jhon Arif Munandar. Pria asal Sumatera Selatan ini, yang sebelumnya bekerja sebagai ilmuwan tanah di sebuah perusahaan rokok, memulai perjalanannya pada tahun 2015. Awalnya, ia ditugaskan untuk meneliti kandungan tanah di Lombok Utara, yang ternyata tidak cocok untuk tanaman tembakau. Namun, penelitian tersebut justru mengungkap fakta mengejutkan: karakteristik tanah di Lombok Utara sangat mirip dengan tanah di Timur Tengah, yang ideal untuk budidaya kurma.
Penemuan ini mengubah hidup Jhon. Ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi petani kurma. Bersama warga lokal, ia membentuk kelompok tani kurma Ukhwa Datu. Dengan kerja keras dan inovasi, mereka kini mengelola lebih dari 1.000 pohon kurma di lahan seluas 10 hektare, menggunakan sistem pengairan modern. Hasilnya pun luar biasa. Pohon kurma di Lombok Utara mulai berbuah pada usia enam tahun, dengan produksi mencapai 15 kilogram per tandan, atau sekitar 150 kilogram per pohon.
Keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan inovasi dan ketekunan, potensi lokal dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Budidaya kurma di Lombok Utara tidak hanya memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi juga mengangkat nama Lombok Utara di kancah internasional.
Keunggulan Kurma Lombok Utara:
- Cita rasa dan tekstur unik yang diakui dunia internasional.
- Produksi tinggi, mencapai 150 kg per pohon.
- Budidaya menggunakan sistem pengairan modern.
- Mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah.
Dengan potensi yang luar biasa ini, Lombok Utara optimistis dapat menjadikan kurma sebagai ikon ekonomi baru yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengangkat citra daerah di mata dunia. Target menjadi tuan rumah Festival Kurma Internasional 2026 menjadi bukti nyata dari ambisi dan optimisme tersebut.