Latihan Militer China Dekat Taiwan: Peringatan Keras untuk Gerakan Kemerdekaan?
China menggelar latihan militer gabungan di sekitar Taiwan sebagai respons terhadap dukungan internasional untuk kemerdekaan Taiwan dan dianggap sebagai peringatan serius bagi gerakan separatis.

Kementerian Luar Negeri China mengumumkan latihan militer gabungan yang dilakukan oleh Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di sekitar Taiwan pada Selasa, 1 April 2024. Latihan ini melibatkan angkatan darat, laut, udara, dan rudal, mendekati pulau tersebut dari berbagai arah. Beijing menegaskan latihan ini sebagai peringatan serius terhadap pihak-pihak yang mendukung kemerdekaan Taiwan dan sebagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan nasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa latihan tersebut merupakan tindakan penahanan terhadap pasukan separatis yang menginginkan kemerdekaan Taiwan. Ia menekankan bahwa Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah China, dan upaya untuk memisahkan diri dianggap sia-sia dan akan gagal. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Beijing.
Kolonel Senior Shi Yi, Juru bicara Komando Teater Timur PLA, menjelaskan latihan tersebut berfokus pada peningkatan kesiapan tempur, perebutan keunggulan komprehensif, serangan presisi, dan blokade jalur laut utama. Latihan ini dirancang untuk menguji kemampuan operasi gabungan pasukan PLA.
Respons terhadap Dukungan Internasional dan Manuver Politik
Latihan militer China ini terjadi setelah Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan dukungan AS untuk memastikan "penggentaran yang kredibel" di Selat Taiwan. Pernyataan Hegseth juga mengkritik China dan menekankan peran penting Jepang dalam menghadapi agresi China. Hal ini memicu respons tegas dari China.
Guo Jiakun mengecam kerja sama militer AS-Jepang yang dianggap menargetkan negara ketiga dan membahayakan perdamaian regional. Ia menuduh AS memprovokasi konfrontasi ideologis dan perpecahan dengan menyebut China sebagai ancaman. China mendesak AS untuk menghormati prinsip satu China dan tiga komunike bersama China-AS.
China juga mengkritik pemimpin Taiwan, Lai Ching-te, dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dianggap memiliki sikap politik yang berlawanan dengan China dan menolak klaim bahwa Taiwan adalah bagian dari China. Laporan media pemerintah China menyebutkan PLA mengerahkan sejumlah besar kapal perang dan pesawat militer selama latihan tersebut.
Analisis Latihan Militer dan Implikasinya
Latihan gabungan PLA kali ini berbeda dari latihan sebelumnya yang diberi nama sandi, seperti 'Joint Sword-2024A' dan 'Joint Sword-2024B'. Ketiadaan nama sandi ini mungkin menandakan sifat latihan yang lebih bersifat demonstrasi kekuatan dan peringatan langsung kepada Taiwan dan pendukungnya.
Pengerahan kekuatan militer yang signifikan oleh China, termasuk kelompok kapal induk Shandong, menunjukkan keseriusan Beijing dalam menanggapi dukungan internasional untuk kemerdekaan Taiwan. Latihan ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk mencegah setiap upaya separatis dan menegaskan kembali klaim kedaulatan China atas Taiwan.
Ketegangan di Selat Taiwan terus meningkat, dan latihan militer China ini menjadi indikator terbaru dari meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan tersebut. Perkembangan ini memerlukan pemantauan ketat dan upaya diplomatik untuk mencegah eskalasi konflik.
Meskipun latihan militer ini menimbulkan kekhawatiran, penting untuk diingat bahwa tujuan utama China adalah untuk menegaskan kedaulatannya atas Taiwan dan mencegah kemerdekaan pulau tersebut. Namun, tindakan militer seperti ini berisiko meningkatkan ketegangan dan memicu reaksi dari negara-negara lain.
Kesimpulan
Latihan militer China di sekitar Taiwan merupakan peringatan serius bagi gerakan kemerdekaan dan negara-negara yang mendukungnya. Tindakan ini mencerminkan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan dan memerlukan pendekatan diplomatik yang hati-hati untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Perkembangan situasi ini perlu dipantau secara terus menerus.