Mahasiswa FISIP UI Sukses Gelar Radha Sarisha 2025: Kisah Malin Kundang dalam Balutan Tari Modern
Komunitas Tari FISIP UI menggelar Radha Sarisha 2025, pertunjukan tari modern yang mengangkat kisah Malin Kundang dengan sentuhan kontemporer dan kolaborasi lintas generasi.

Pagelaran Radha Sarisha 2025 yang bertajuk "BARA: Lama di Rantau, Lupa Berpulang" telah sukses digelar oleh Komunitas Tari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (KTF FISIP UI) di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 16 Mei 2024. Pertunjukan ini menceritakan ulang kisah klasik Malin Kundang dengan sentuhan modern, memadukan unsur tari tradisional dan kontemporer yang menampilkan warna-warna pesisir barat Sumatera. Pertunjukan ini melibatkan lebih dari 100 individu, termasuk mahasiswa, alumni, dan relawan, yang menunjukkan semangat kolaborasi dan kecintaan terhadap seni.
Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto, mengapresiasi pagelaran ini sebagai wujud komitmen KTF dalam menyediakan ruang bagi mahasiswa berbakat di bidang seni pertunjukan. Beliau juga memuji upaya KTF dalam melestarikan seni budaya dan nilai-nilai kearifan lokal Indonesia. Pertunjukan ini bukan sekadar pertunjukan tahunan, tetapi juga menjadi bukti nyata bakat dan dedikasi mahasiswa FISIP UI dalam menghidupkan kembali cerita klasik dengan interpretasi yang segar dan relevan.
Ketua KTF UI, Laiqa Renada P., menjelaskan pemilihan kisah Malin Kundang karena nilai-nilai di dalamnya relevan dengan kehidupan mahasiswa saat ini, seperti semangat merantau, kemandirian, dan pentingnya menjaga hubungan keluarga. Lebih dari 100 individu terlibat dalam proses kreatif dan produksi, termasuk 43 panitia mahasiswa, 37 penari dan pemusik mahasiswa, 16 penari dan pemusik alumni, serta 18 relawan. Kolaborasi lintas generasi ini menghasilkan sebuah pertunjukan yang maksimal dan mengesankan.
Kisah Malin Kundang yang Relevan dengan Zaman Now
Pagelaran Radha Sarisha 2025 menyajikan kisah Malin Kundang dengan interpretasi modern. Tiga lakon utama, Rahel Tesalonika sebagai Amak, Javadyo Amadeus Sasmito sebagai Malin, dan Desna Diandra Asmoro sebagai Sari, berhasil menghidupkan karakter-karakter tersebut dengan apik. Penggunaan tari tradisional dan musik tradisional yang dipadukan dengan koreografi kontemporer menciptakan pertunjukan yang dinamis dan menarik. Gerakan, nada, dan adegan yang disajikan berhasil membawa penonton larut dalam cerita.
Pementasan ini bukan hanya sekadar menampilkan tarian dan musik, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam tentang pentingnya menghormati orang tua dan menjaga silaturahmi keluarga. Dalam era modern yang serba cepat ini, pesan tersebut tetap relevan dan perlu diingat oleh generasi muda.
Laiqa Renada P. menambahkan, "Lebih dari 100 individu terlibat dalam proses kreatif dan produksi pagelaran ini. Mereka adalah 43 panitia mahasiswa, 37 penari dan pemusik mahasiswa, 16 penari dan pemusik alumni, serta 18 volunteer. Tim lintas generasi ini bekerja keras memastikan setiap detail agar pertunjukan berlangsung maksimal. Sinergi ini mencerminkan semangat kolaborasi dan kecintaan terhadap seni." Hal ini menunjukkan betapa besarnya dedikasi dan kerja keras yang dilakukan oleh seluruh tim dalam mempersembahkan pertunjukan yang luar biasa.
Kolaborasi Lintas Generasi dan Semangat Kebangkitan Seni
Pagelaran Radha Sarisha 2025 juga menjadi bukti nyata kebangkitan semangat berkesenian pascapandemi. Pertunjukan ini berhasil menyatukan berbagai elemen, mulai dari tari tradisional hingga koreografi kontemporer, musik tradisional hingga aransemen modern, serta kolaborasi lintas generasi yang melibatkan mahasiswa, alumni, dan relawan. Semua elemen tersebut bersatu padu menciptakan sebuah pertunjukan yang harmonis dan memukau.
Kolaborasi ini bukan hanya menciptakan pertunjukan yang berkualitas, tetapi juga memperkuat ikatan antar anggota komunitas dan memperkaya pengalaman berkesenian bagi semua yang terlibat. Semangat kolaborasi dan kerja sama tim yang ditunjukkan oleh seluruh anggota KTF FISIP UI patut diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi komunitas seni lainnya.
Melalui pementasan "BARA", mahasiswa FISIP UI tidak hanya menunjukkan bakat dan kreativitas mereka, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam dan relevan dengan kehidupan masa kini. Pertunjukan ini menjadi bukti nyata bahwa seni dapat menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan dan menginspirasi perubahan.
Pagelaran Radha Sarisha 2025 merupakan bukti nyata komitmen KTF FISIP UI dalam melestarikan seni budaya Indonesia dan memberikan wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka. Suksesnya pagelaran ini diharapkan dapat menginspirasi komunitas seni lainnya untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi perkembangan seni budaya Indonesia.
Sebagai bagian dari kegiatan tahunan yang berlangsung sejak 2011, Pagelaran Radha Sarisha 2025 menjadi penanda kebangkitan semangat berkesenian pascapandemi. Pertunjukan ini membuktikan bahwa semangat berkesenian tetap menyala dan mampu beradaptasi dengan tantangan zaman.