Media Independen Afghanistan Terancam Punah: Ancaman AI dan Krisis Ekonomi
Laporan PBB mengungkapkan kemunduran kebebasan pers di Afghanistan, disebabkan oleh krisis ekonomi, pembatasan pemerintah, dan ancaman teknologi kecerdasan buatan.

Pada peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia, 3 Mei 2024, PBB menyoroti kemunduran kebebasan dan independensi media di Afghanistan. Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB dan Kepala Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA), Roza Otunbayeva, menyatakan keprihatinannya atas hal ini. Krisis ekonomi yang melanda dan pembatasan pemerintah terhadap media menjadi faktor utama penyebabnya.
Otunbayeva menekankan pentingnya media yang bebas dan independen bagi transparansi, kepercayaan publik, dan tata kelola yang baik. "Keberagaman dan kesehatan sektor media sangat penting untuk menjamin transparansi, kepercayaan publik, dan tata kelola yang baik. Namun di Afghanistan, kami menyaksikan perlahan-lahan hancurnya media yang bebas dan independen," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi betapa krusialnya peran media dalam masyarakat Afghanistan.
Selain itu, perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) juga menimbulkan ancaman baru. Patricia McPhillips, Perwakilan UNESCO di Afghanistan, memperingatkan potensi penyalahgunaan AI untuk menyebarkan informasi keliru dan ujaran kebencian. AI juga memungkinkan bentuk baru sensor dan pengawasan terhadap jurnalis dan warga sipil, semakin memperburuk situasi yang sudah rawan.
Ancaman Multifaceted terhadap Kebebasan Pers di Afghanistan
UNAMA menyatakan keprihatinan atas tantangan berat yang dihadapi media Afghanistan. Pembatasan dari otoritas de facto dan krisis ekonomi telah mengancam akses publik terhadap informasi penting. Kondisi ini menyebabkan banyak media terpaksa menghentikan operasionalnya karena penurunan tajam pendapatan.
Pemerintah Afghanistan juga menerapkan pembatasan signifikan terhadap kerja jurnalistik. Akibatnya, para pekerja media menghadapi berbagai ancaman, termasuk penangkapan, penahanan, bahkan penyiksaan dan perlakuan buruk. Situasi ini semakin memprihatinkan mengingat jurnalis perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak, menghadapi risiko dan hambatan yang tidak proporsional.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah memperparah situasi. Banyak media kesulitan bertahan akibat minimnya pendapatan iklan dan dukungan finansial. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap tekanan dan intervensi dari pihak berwenang.
Teknologi AI: Pedang Bermata Dua
Munculnya teknologi AI membawa tantangan baru bagi kebebasan pers di Afghanistan. Meskipun AI menawarkan potensi besar dalam penyebaran informasi, namun potensi penyalahgunaan teknologi ini sangat nyata. Penyebaran informasi keliru dan ujaran kebencian melalui AI dapat memperkeruh suasana dan menghambat upaya membangun kepercayaan publik.
Lebih lanjut, AI dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan sensor terhadap jurnalis dan warga sipil. Hal ini akan semakin membatasi ruang gerak jurnalis dalam menjalankan tugasnya secara independen dan objektif. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memastikan agar teknologi AI digunakan secara bertanggung jawab dan tidak melanggar hak asasi manusia.
Pemanfaatan AI yang tidak terkontrol dapat menciptakan bentuk-bentuk sensor dan pengawasan baru yang lebih canggih dan sulit dideteksi. Ini akan mengancam kebebasan berekspresi dan akses informasi bagi masyarakat Afghanistan.
Pentingnya Perlindungan Jurnalis
PBB menyerukan perlindungan bagi jurnalis dan media di Afghanistan. Mereka merupakan pilar penting dalam masyarakat yang terinformasi dan demokratis. Tanpa perlindungan yang memadai, jurnalis akan semakin sulit menjalankan tugasnya dan menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang kepada publik.
Perlindungan jurnalis tidak hanya mencakup aspek keamanan fisik, tetapi juga mencakup kebebasan berekspresi dan akses informasi. Jurnalis harus dapat bekerja tanpa rasa takut akan ancaman, intimidasi, atau pembatasan dari pihak manapun. Perlindungan hukum dan dukungan dari pemerintah sangat penting untuk menjamin keamanan dan kebebasan mereka.
UNAMA dan organisasi internasional lainnya harus terus mendorong pemerintah Afghanistan untuk menghormati kebebasan pers dan melindungi jurnalis. Upaya ini penting untuk memastikan agar masyarakat Afghanistan dapat mengakses informasi yang akurat dan berimbang, serta dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan demokrasi.
Kesimpulannya, situasi kebebasan pers di Afghanistan sangat mengkhawatirkan. Kombinasi krisis ekonomi, pembatasan pemerintah, dan ancaman teknologi AI telah menciptakan lingkungan yang sangat sulit bagi media independen. Perlindungan jurnalis dan promosi kebebasan pers menjadi hal yang sangat mendesak untuk diprioritaskan.