Menanti Sekolah Rakyat: Harapan Baru Pendidikan untuk Wong Cilik
Program Sekolah Rakyat digagas untuk mengatasi masalah putus sekolah anak dari keluarga miskin, dengan menyediakan pendidikan gratis berbasis asrama dan kurikulum berkualitas.

Di tengah teriknya matahari Jakarta, Amin (15), seorang pemulung, memilih membaca di Taman Suropati. Putus sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarga, ia merindukan bangku sekolah dan bermimpi bekerja dengan komputer. Kisah Amin mewakili jutaan anak dari keluarga miskin di Indonesia yang kesulitan mengakses pendidikan.
Data Puslapdik Kemendikdasmen menunjukkan masih ada 1,3 juta siswa dari kelompok termiskin yang putus sekolah di tahun 2024. Ketidakmampuan orang tua membiayai pendidikan menjadi faktor utama. Rendahnya pendidikan berdampak buruk pada kualitas hidup dan pembangunan nasional.
Menjawab tantangan ini, Presiden Prabowo Subianto meluncurkan program Sekolah Rakyat, sekolah gratis berbasis asrama. Program ini bertujuan memutus rantai kemiskinan dengan mencetak agen perubahan dari kalangan kurang mampu, berkontribusi pada visi Indonesia Emas 2045. Kemensos ditugaskan memimpin program ini, menargetkan 100 Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia pada tahun ini.
Sekolah Rakyat: Kolaborasi Antar Kementerian
Kemensos membentuk Tim Formatur dan Satgas Percepatan Sekolah Rakyat, melibatkan berbagai kementerian dan lembaga. Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan lainnya berkolaborasi untuk memastikan keberhasilan program ini. Kerja sama ini mencakup penyediaan infrastruktur, kurikulum, guru, hingga pendanaan.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), menyatakan telah mengidentifikasi lebih dari 50 lokasi potensial untuk Sekolah Rakyat, termasuk sentra dan balai Kemensos serta beberapa perguruan tinggi. Sekolah Rakyat direncanakan mulai beroperasi pada Juli 2025.
Gus Ipul menjelaskan, calon siswa akan diseleksi berdasarkan tingkat ekonomi (miskin/miskin ekstrem) dan kemampuan akademik. Sekolah ini akan menyediakan asrama dengan kapasitas minimal 100 siswa.
Kemendikdasmen dan Kemendiktisaintek akan menyiapkan kurikulum dan guru. Terdapat dua pilihan kurikulum: kurikulum sekolah unggul (standar internasional) dan Kurikulum Merdeka Belajar (standar nasional). Kurikulum akan menekankan penguatan karakter, kepemimpinan, dan keterampilan.
Menyiapkan Generasi Masa Depan
Rekrutmen siswa dan guru direncanakan dimulai pada akhir Maret atau awal April 2025. Sekolah Rakyat akan menyediakan pendidikan berkualitas dan gratis, berharap dapat melahirkan generasi yang mampu mengangkat derajat dirinya dan berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Kurikulum Sekolah Rakyat tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pengembangan karakter, kepemimpinan, dan keterampilan. Dengan demikian, diharapkan lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki mentalitas yang kuat untuk menghadapi tantangan masa depan.
Program Sekolah Rakyat merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Semoga program ini dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi kehidupan anak-anak Indonesia, serta berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Amin dan anak-anak seperti dia layak mendapatkan kesempatan untuk meraih mimpi.
"Kriteria pertama, itu harus dari keluarga miskin atau miskin ekstrem, setelah itu ada saringan akademis, kita coba dan nanti aturannya akan disesuaikan," ujar Mensos Saifullah Yusuf.
"Pertama ikuti kurikulum sekolah unggul, itu berarti ikut Mendiktisaintek. Akan tetapi, juga bisa ikuti kurikulum sekolah yang berlaku sekarang ini yang digagas Kemendikdasmen," kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti.