Menbud: Sejarah Pers Tak Terpisahkan dari Budaya Bangsa
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menekankan hubungan erat antara perjuangan pers dan budaya bangsa Indonesia, mencontohkan tokoh-tokoh pers yang juga seniman dan sastrawan, serta peran PWI dalam menjaga kedaulatan negara.
![Menbud: Sejarah Pers Tak Terpisahkan dari Budaya Bangsa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/09/170044.540-menbud-sejarah-pers-tak-terpisahkan-dari-budaya-bangsa-1.jpg)
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menjadi saksi bisu perhelatan akbar Hari Pers Nasional (HPN) 2025. Acara puncak yang diselenggarakan Minggu lalu menyoroti peran penting pers dalam sejarah Indonesia. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia (Menbud), Fadli Zon, hadir sebagai tamu kehormatan mewakili Presiden Prabowo Subianto, memberikan pernyataan yang menggarisbawahi hubungan erat antara perjuangan pers dan budaya bangsa.
Sejarah Pers dan Budaya: Sebuah Simbiosis
Dalam sambutannya, Menbud Fadli Zon menyatakan bahwa perjalanan pers Indonesia tak bisa dilepaskan dari akar budaya bangsa. Ia menekankan bahwa kehidupan seorang wartawan seringkali bersentuhan dan beririsan dengan dunia seni dan budaya. Lebih dari sekadar menyampaikan informasi, wartawan juga turut membentuk dan merefleksikan budaya melalui karya-karya jurnalistik mereka.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tokoh pers nasional yang juga berkecimpung dalam dunia seni dan sastra. Menbud mencontohkan Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan dan sastrawan yang mendapatkan gelar Perintis Pers Indonesia. Tokoh lain yang disebut adalah Mochtar Lubis, jurnalis dan novelis yang turut mendirikan surat kabar Indonesia Raya dan majalah sastra Horison. Dedikasi Mochtar Lubis pada jurnalisme bahkan membuatnya beberapa kali dipenjara karena kritiknya terhadap pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto.
"Jadi, seorang wartawan sedari dulu sejatinya pejuang di setiap zamannya, membela kepentingan publik dari kebijakan yang tak berpihak kepada rakyat," tegas Menbud Fadli Zon. Pernyataan ini menggarisbawahi peran penting pers sebagai pilar demokrasi dan pengawas kekuasaan.
PWI: Simbol Kebersamaan dan Kesatuan
Pembentukan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946 juga menjadi momen penting yang diangkat dalam acara HPN 2025. Berdirinya organisasi ini merepresentasikan kebersamaan dan kesatuan para wartawan dalam membela kedaulatan dan kehormatan negara. Tanggal bersejarah ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Pers Nasional oleh Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985.
Acara puncak HPN 2025 di Banjarbaru dihadiri lebih dari dua ribu wartawan dari seluruh Indonesia. Semangat kebersamaan dan tekad untuk menjaga kedaulatan bangsa serta mewujudkan kesejahteraan rakyat menjadi tema utama yang diusung dalam acara tersebut. Kehadiran para wartawan dari berbagai penjuru Tanah Air menjadi bukti nyata komitmen pers Indonesia dalam menjalankan tugasnya.
Peran Pers di Era Modern
Di era digital saat ini, peran pers semakin kompleks dan menantang. Selain menyampaikan informasi secara akurat dan bertanggung jawab, pers juga berperan dalam melawan disinformasi dan hoaks yang semakin marak. Menjaga integritas dan independensi menjadi kunci keberhasilan pers dalam menjalankan tugasnya di tengah arus informasi yang deras dan dinamis. Oleh karena itu, penting bagi para wartawan untuk terus meningkatkan kompetensi dan etika profesi.
Peringatan HPN 2025 tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antar wartawan, tetapi juga menjadi momentum untuk merefleksikan peran dan tanggung jawab pers dalam pembangunan bangsa. Melalui kerja sama dan kolaborasi yang baik, pers Indonesia diharapkan dapat terus berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Kesimpulan
Pernyataan Menbud Fadli Zon pada HPN 2025 menegaskan kembali pentingnya pers dalam konteks budaya dan sejarah Indonesia. Para tokoh pers yang juga seniman dan sastrawan membuktikan hubungan erat antara kedua bidang tersebut. Peringatan HPN juga menjadi pengingat akan peran vital pers dalam menjaga kedaulatan negara dan kesejahteraan rakyat, sebuah perjuangan yang tak lekang oleh waktu.