Mendag: Diversifikasi Produk, Strategi Hadapi Kebijakan Trump
Menteri Perdagangan Budi Santoso ungkapkan strategi Indonesia menghadapi potensi kenaikan tarif bea masuk impor dari AS di bawah pemerintahan Trump, yaitu diversifikasi produk untuk mempertahankan surplus perdagangan.
![Mendag: Diversifikasi Produk, Strategi Hadapi Kebijakan Trump](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220109.046-mendag-diversifikasi-produk-strategi-hadapi-kebijakan-trump-1.jpeg)
Jakarta, 5 Februari 2024 - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan strategi Indonesia untuk menghadapi potensi kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif bea masuk impor. Salah satu langkah kunci yang disoroti adalah diversifikasi produk ekspor.
Dalam pernyataan di Jakarta, Rabu lalu, Mendag Budi menjelaskan pentingnya diversifikasi, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di AS. Hal ini sebagai antisipasi terhadap kebijakan proteksionis yang mungkin diterapkan oleh pemerintahan Trump. "Yang penting sekarang gini, kan kalau Trump itu penginnya kan ada industri ke sana gitu kan. Terus ya kita harus diversifikasi produk, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di sana," ujar Mendag Budi.
Pertahankan Surplus Perdagangan
Amerika Serikat merupakan penyumbang surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia, mencapai 16,84 miliar dolar AS, diikuti India (15,39 miliar dolar AS) dan Filipina (8,85 miliar dolar AS). Mendag Budi menegaskan komitmen pemerintah untuk mempertahankan surplus ini. Untuk mencapai hal tersebut, kementerian telah melakukan diskusi dengan pelaku usaha untuk mendorong diversifikasi produk ekspor.
"Kita sekarang sudah ngomong-ngomong dengan pelaku usaha, bagaimana kita masuk diversifikasi produk. Kita harus pertahankan surplus kita," tegasnya. Langkah ini diharapkan mampu meminimalisir dampak negatif dari kebijakan perdagangan AS.
Siap Hadapi Perang Dagang AS-China
Sebelumnya, Mendag Budi juga menyatakan kesiapan Indonesia menghadapi potensi perang dagang antara AS dan China. "Itu kan udah isu dari dulu, kita siap saja ya," katanya pada 15 Januari lalu. Potensi perang dagang ini muncul seiring dengan kebijakan Donald Trump yang sempat mengusulkan tarif 100 persen untuk negara anggota BRICS dan kenaikan tarif 60 persen untuk produk China.
Kebijakan tersebut berpotensi mengganggu rantai pasok global dan meningkatkan ketegangan geopolitik. Indonesia, menurut Mendag Budi, perlu meningkatkan daya saing untuk tetap bertahan dan menarik minat negara lain dalam perdagangan barang dan jasa. Daya saing yang kuat akan menjadi kunci utama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Pentingnya Daya Saing
Mendag Budi menekankan pentingnya peningkatan daya saing sebagai kunci utama dalam mempertahankan perekonomian Indonesia di tengah gejolak ekonomi global. Dengan daya saing yang kuat, Indonesia akan lebih menarik bagi negara lain sebagai mitra dagang, baik untuk barang maupun jasa. Hal ini menjadi strategi jangka panjang untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi internasional.
Diversifikasi produk dan peningkatan daya saing menjadi fokus utama pemerintah dalam menghadapi potensi dampak negatif dari kebijakan proteksionis AS. Strategi ini diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan mempertahankan surplus perdagangan.