Mengapa Penggunaan Bahasa Indonesia Penting? Mendikdasmen: Disiplin Kolektif untuk Jati Diri Bangsa
Mendikdasmen Abdul Mu'ti tegaskan pentingnya disiplin kolektif dalam penggunaan Bahasa Indonesia sebagai simbol jati diri bangsa. Apa alasannya?

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti baru-baru ini menekankan pentingnya disiplin kolektif. Ia menyerukan agar penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi komitmen seluruh elemen bangsa.
Pernyataan ini disampaikan dalam kegiatan "Konsolidasi Daerah tentang Pengawasan Penggunaan Bahasa Indonesia" di Jawa Timur. Acara tersebut bertujuan memperkuat kedaulatan bahasa nasional di berbagai ruang publik.
Menurut Mendikdasmen, Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi sehari-hari. Namun, ia juga merupakan representasi jati diri serta kedaulatan sebuah negara.
Bahasa Indonesia: Jati Diri dan Kedaulatan Bangsa
Mendikdasmen Abdul Mu'ti menegaskan bahwa Bahasa Indonesia memiliki peran krusial. Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai medium komunikasi, tetapi juga sebagai simbol utama jati diri dan kedaulatan bangsa. Oleh karena itu, penguatan kedaulatan Bahasa Indonesia di ruang publik harus terus digalakkan secara bersama-sama.
Ia membandingkannya dengan deklarasi penting lainnya dalam sejarah Indonesia. Setelah deklarasi budaya Sumpah Pemuda, deklarasi politik Proklamasi, dan deklarasi wilayah Deklarasi Djuanda, kini saatnya menguatkan deklarasi kedaulatan bahasa. Penggunaan Bahasa Indonesia harus menjadi kebanggaan dan tanggung jawab kolektif.
Komitmen untuk bangga, mahir, dan maju dengan Bahasa Indonesia harus menjadi komitmen kolektif. Ini termasuk kedisiplinan dalam menggunakan Bahasa Indonesia di berbagai ruang publik. Kebiasaan ini akan meneguhkan bahasa sebagai jati diri dan daya saing bangsa.
Trigatra Bangun Bahasa: Pilar Kebijakan Kebahasaan Nasional
Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga memperkenalkan prinsip Trigatra Bangun Bahasa. Prinsip ini menjadi dasar kebijakan kebahasaan yang inklusif dan adaptif terhadap dinamika global. Ini merupakan upaya komprehensif dalam pengelolaan bahasa nasional.
Trigatra Bangun Bahasa mencakup tiga pilar utama. Pertama, pengutamaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kedua, pelestarian bahasa dan sastra daerah sebagai kekayaan budaya. Ketiga, penguasaan bahasa asing untuk menghadapi tantangan global.
Selain pengutamaan Bahasa Indonesia, pelindungan bahasa dan sastra daerah juga menjadi prioritas utama. Hal ini diwujudkan melalui regulasi yang mendukung, pendidikan yang relevan, serta revitalisasi budaya lokal. Mendikdasmen mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bangga, mahir, dan maju bersama Bahasa Indonesia.
Peran Pemerintah Daerah dan Pengawasan Penggunaan Bahasa
Kepala Badan Bahasa Kemendikdasmen, Hafidz Muksin, menambahkan bahwa konsolidasi ini sangat penting. Tujuannya adalah menyamakan persepsi lintas sektor terkait pelaksanaan pengawasan penggunaan Bahasa Indonesia. Ini berlaku di ruang publik, dokumen resmi, dan komunikasi kelembagaan.
Ia menekankan pentingnya dukungan aktif dari pemerintah daerah. Dukungan ini mencakup sosialisasi yang masif, pemantauan berkala, pendampingan, serta evaluasi berkelanjutan. Hal ini untuk memastikan implementasi kebijakan kebahasaan berjalan efektif.
Sebagai wujud konkret dukungan, beberapa pemerintah daerah telah menandatangani komitmen bersama. Di antaranya adalah Pemda Kota Madiun, Kabupaten Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Sumenep. Jawa Timur diharapkan dapat menjadi teladan nasional dalam kebijakan kebahasaan yang terintegrasi.