Mengejutkan! 80 Ribu Koperasi Merah Putih Digagas, Ekonom UMY Sebut Jadi Penghubung Vital Ekonomi Desa
Ekonom UMY menyoroti potensi 80 ribu Koperasi Merah Putih sebagai konektor ekosistem ekonomi desa, berpotensi menggerakkan triliunan rupiah. Akankah program ini berhasil?

Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rudy Suryanto, menyoroti peran krusial Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih. Sebanyak 80 ribu unit koperasi ini digagas oleh Presiden Prabowo Subianto. Ini diharapkan menjadi penghubung utama ekosistem ekonomi di desa-desa seluruh Indonesia.
Menurut Rudy, Koperasi Merah Putih harus berfungsi sebagai wadah konektor berbagai elemen. Tujuannya adalah membangun ekosistem ekonomi desa yang saling mendukung. Kolaborasi dengan BUMDes, KUD, kelompok tani, dan UMKM menjadi kunci.
Kebijakan ini berpotensi besar menggerakkan ekonomi perdesaan secara signifikan. Perputaran modal diperkirakan mencapai Rp240 triliun. Dukungan pembiayaan hingga Rp3 miliar per desa dari perbankan Himbara melalui Permenkeu Nomor 49 Tahun 2025 menjadi landasan kuat. Langkah ini mencerminkan kesadaran pemerintah akan peran vital desa.
Sinkronisasi Lintas Kementerian dan Tantangan Implementasi
Rudy Suryanto menekankan pentingnya sinkronisasi lintas kementerian. Implementasi program Koperasi Merah Putih harus berjalan efektif. Kebijakan Presiden dan Menteri Keuangan perlu diikuti langkah konkret.
Kementerian Desa dan Kementerian Dalam Negeri memiliki peran vital. Mereka harus mengatur jaminan koperasi jika kesulitan membayar pinjaman bank. Ini penting untuk mitigasi risiko finansial.
Keberadaan tengkulak dan rentenir yang telah lama mengakar menjadi perhatian utama. Tidaklah mudah menggantikan peran mereka di masyarakat. Model bisnis koperasi harus tepat agar tidak menjadi predator baru.
Pendekatan partisipatif sangat diperlukan untuk keberhasilan koperasi. Program pemberdayaan desa tidak akan efektif jika hanya bersifat top-down. Setiap desa memiliki potensi dan kebutuhan yang berbeda.
Strategi Keberlanjutan Koperasi Merah Putih
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, Rudy merekomendasikan empat langkah utama. Langkah-langkah ini bertujuan memperkuat fondasi Koperasi Merah Putih. Ini juga untuk memastikan dampaknya positif bagi masyarakat.
Pertama, kolaborasi multi-pihak dari pusat hingga daerah sangat penting. Ini termasuk akademisi, karena Koperasi Merah Putih adalah organisasi privat dengan dukungan APBN. Kedua, penguatan kelembagaan dan SDM melalui pelatihan khusus bagi 80.000 pengelola koperasi. Mereka harus adaptif terhadap dinamika ekonomi yang terus berubah.
Selanjutnya, penerapan model bisnis berkelanjutan menjadi krusial. Model seperti social enterprise dan circular business model dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terakhir, pemanfaatan data analytics untuk monitoring dan evaluasi. Ini memungkinkan pengukuran dampak koperasi terhadap perputaran uang desa secara presisi.
Rudy mengingatkan, jika menggunakan model komersial murni, risikonya adalah munculnya predator ekonomi baru. Predator ini dapat muncul di tingkat lokal. Oleh karena itu, model bisnis harus berorientasi pada kesejahteraan.
Peran Akademisi dalam Inovasi Model Bisnis
Keberhasilan program Koperasi Merah Putih tidak hanya bergantung pada dukungan pemerintah. Pelaku usaha lokal juga memiliki peran penting. Namun, peran aktif kalangan akademisi juga sangat dibutuhkan.
Kolaborasi dengan akademisi dapat menghasilkan inovasi model bisnis yang relevan. Model ini harus sesuai dengan karakteristik unik setiap desa. Ini juga termasuk mekanisme evaluasi berbasis data yang objektif.
Keterlibatan akademisi memastikan program berjalan sesuai tujuan awal. Mereka dapat memberikan pandangan independen dan berbasis riset. Hal ini penting untuk menghindari kesalahan implementasi di lapangan.