Mengejutkan! Kualitas Sperma Pria Setara Kakek-Kakek Akibat Polutan Organik Persisten (POP)
Penelitian Nexus3 Foundation mengungkap Polutan Organik Persisten (POP) menurunkan kualitas sperma pria muda, bahkan setara kakek-kakek. Apa dampaknya?

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Nexus3 Foundation baru-baru ini mengungkap temuan mengejutkan terkait kesehatan reproduksi pria. Polutan Organik Persisten (POP), senyawa kimia berbahaya, teridentifikasi dalam sperma dan menjadi penyebab utama penurunan kualitasnya.
Temuan ini disampaikan oleh Senior Advicer Nexus3 Foundation, Yuyun Ismawati, dalam media briefing bertajuk "Menyoroti Peran Indonesia di INC-5.2: Menuju Perjanjian Plastik yang Kuat dan Adil" di Jakarta pada Selasa malam. Penelitian yang telah berlangsung selama 20 tahun ini menyoroti dampak serius bahan kimia tersebut.
Yuyun Ismawati menjelaskan bahwa keberadaan bahan kimia plastik ini telah membuat kualitas sperma laki-laki muda di seluruh dunia setara dengan sperma kakek-kakek. Kondisi ini secara signifikan memengaruhi kesehatan reproduksi dan menjadi perhatian global.
Ancaman Polutan Organik Persisten (POP) bagi Kesehatan Reproduksi Pria
Polutan Organik Persisten (POP) merupakan senyawa kimia organik yang dikenal sangat beracun dan memiliki daya tahan lama di lingkungan. Karakteristik ini memungkinkan POP untuk terakumulasi secara signifikan dalam tubuh makhluk hidup, termasuk manusia.
Kehadiran POP dalam tubuh telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, khususnya pada sistem reproduksi. Banyak pasangan suami istri kini menghadapi tantangan fertilitas atau mengalami gangguan hormonal yang disebabkan oleh paparan senyawa ini.
Penelitian mendalam terhadap cairan sperma mengungkap adanya kandungan kimia plastik seperti phthalates, PFAS, dan bisphenols. Yuyun Ismawati menekankan bahwa semakin kecil ukuran partikel kimia, semakin besar efeknya karena konsentrasinya meningkat. Ini membuat senyawa tersebut mudah diserap dan berakumulasi dalam tubuh.
Percepatan Penurunan Kualitas Sperma di Asia Pasifik
Penurunan kualitas sperma pada laki-laki muda menjadi fenomena global yang mengkhawatirkan. Menurut Yuyun Ismawati, kualitas sperma pria di seluruh dunia kini telah menyamai kualitas sperma kakek-kakek, sebuah indikator serius dari dampak kimiawi ini.
Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa laju penurunan kualitas sperma di wilayah Asia Pasifik terjadi dua kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan di Amerika dan Eropa. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai faktor-faktor spesifik yang memperparah kondisi di kawasan ini.
Penelitian selama dua dekade terakhir secara konsisten menunjukkan korelasi antara paparan bahan kimia ini dan degradasi kesehatan reproduksi pria. Temuan ini menegaskan urgensi tindakan untuk mengurangi paparan POP di lingkungan dan produk sehari-hari.
POP dalam Produk Sehari-hari dan Dampaknya
Yuyun Ismawati menjelaskan bahwa Polutan Organik Persisten (POP) kerap ditemukan dalam berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari. Produk obat-obatan serta produk perawatan tubuh dan kulit, baik untuk pria maupun wanita, berpotensi mengandung senyawa berbahaya ini.
Ketika POP masuk ke dalam kulit, senyawa ini dapat "meniru" atau mimicking fungsi endokrin dan estrogen dalam tubuh. Peniruan ini dapat mengganggu keseimbangan hormonal alami, yang berujung pada berbagai masalah kesehatan.
Ironisnya, peraturan pengujian produk perawatan tubuh dan kulit untuk laki-laki tidak seketat produk untuk perempuan. Kondisi ini menyebabkan POP lebih mudah ditemukan dalam konsentrasi tinggi di produk perawatan pria. Akibatnya, laki-laki yang rutin menggunakan parfum atau produk perawatan kulit cenderung memiliki lebih banyak bahan kimia dalam tubuh mereka, yang berkontribusi pada gangguan hormonal yang lebih sering.