Mengintip Wisata Bahari Konservasi Laut Desa Namu Konsel: Masuk 500 Besar ADWI 2023
Desa Namu di Konawe Selatan serius mengembangkan wisata bahari berbasis konservasi laut. Simak bagaimana potensi bawah lautnya menarik perhatian dan masuk ADWI 2023.

Desa Namu, yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), tengah gencar mengembangkan potensi wisata bahari. Pengembangan ini difokuskan pada keindahan bawah laut yang berbasis lingkungan serta konservasi laut. Inisiatif ini bertujuan untuk menarik wisatawan sekaligus menjaga kelestarian ekosistem maritim di wilayah tersebut.
Pengelolaan berbagai potensi wisata lingkungan dan konservasi laut ini sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat desa setempat. Kepala Desa Namu, Nikson, mengungkapkan bahwa pihaknya secara berkelanjutan memberikan edukasi dan pendampingan kepada warga. Hal ini dilakukan guna memastikan keberlanjutan operasional desa wisata untuk jangka panjang.
Komitmen terhadap pelestarian lingkungan menjadi pilar utama dalam pengembangan pariwisata di Desa Namu. Nikson menegaskan bahwa menjaga budaya dan tradisi lokal akan memastikan keberlanjutan wisata hingga generasi mendatang. Desa Namu sendiri telah ditetapkan sebagai desa wisata sejak tahun 2017. Desa ini juga berhasil masuk dalam 500 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023.
Potensi Wisata Bawah Laut dan Darat Desa Namu
Desa Namu, yang berada di Kecamatan Laonti, menawarkan beragam daya tarik wisata bahari yang memukau. Wisatawan dapat menikmati hamparan pantai pasir putih yang menawan serta pesona karang dan biota bawah laut yang sangat cocok untuk aktivitas snorkeling dan diving. Keindahan bawah laut menjadi fokus utama pengembangan pariwisata di desa ini.
Selain keindahan bawah laut, Desa Namu juga menyediakan potensi wisata darat yang tak kalah menarik. Area berkemah atau camping ground tersedia bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana alam. Tak hanya itu, air terjun yang asri juga dapat dinikmati sebagai alternatif rekreasi. Fokus utama saat ini memang pada wisata bawah laut, namun potensi darat tetap menjadi pelengkap.
Untuk mendukung pengalaman wisata bawah laut, pihak desa telah menyediakan 15 buah peralatan snorkeling. Peralatan ini siap digunakan oleh wisatawan yang ingin menjelajahi keindahan bawah laut Desa Namu. Ke depan, desa juga berencana menyiapkan tiga paket diving untuk para penyelam profesional maupun pemula yang ingin menikmati kedalaman laut.
Peran Masyarakat dan Keberlanjutan Wisata
Keterlibatan aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam pengelolaan Desa Wisata Namu. Masyarakat lokal secara langsung mengelola berbagai fasilitas dan layanan wisata. Hal ini tidak hanya memberdayakan warga tetapi juga menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap keberlanjutan pariwisata di desa mereka.
Meskipun jumlah kunjungan wisatawan masih belum terlalu signifikan, yakni sekitar 150 wisatawan setiap minggunya, Desa Namu terus berupaya meningkatkan pendapatan warga. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan penginapan atau homestay di rumah-rumah warga. Tarif homestay ditetapkan sebesar Rp250 ribu per kamar, sementara retribusi masuk desa wisata adalah Rp15 ribu.
Edukasi dan pendampingan terus diberikan kepada masyarakat untuk memastikan praktik pariwisata yang bertanggung jawab. Kepala Desa Nikson menekankan pentingnya menjaga budaya dan tradisi lokal sebagai fondasi keberlanjutan wisata. Pendekatan ini diharapkan dapat memastikan bahwa manfaat pariwisata dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Tantangan dan Harapan Menuju Desa Wisata Berkelanjutan
Ketua Forum Desa Wisata Sultra, Ahmad Nizar, menyatakan ambisi untuk menjadikan Desa Namu sebagai desa wisata berkelanjutan. Visi ini berlandaskan pada prinsip lingkungan dan konservasi laut. Desa Namu diharapkan dapat naik level dari desa rintisan menuju desa wisata berkembang, dengan program jangka panjang yang terarah.
Salah satu tantangan krusial yang dihadapi adalah perbaikan infrastruktur pendukung pariwisata. Akses jalan menuju Desa Namu menjadi perhatian utama yang membutuhkan intervensi dari pemerintah kabupaten, provinsi, bahkan pusat. Pembangunan di Pantai Namu juga perlu dilakukan tanpa mengganggu ekosistem darat dan laut yang ada.
Dengan jumlah penduduk 446 jiwa yang terdiri dari 142 kepala keluarga (KK), Desa Namu memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Deklarasi sebagai desa wisata berkelanjutan berbasis lingkungan dan konservasi laut menjadi target utama. Upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait diharapkan dapat mewujudkan visi ini.