Naik 14,87 Persen! Penumpang Pesawat Papua Barat Capai 45 Ribu Orang pada Juni 2025
Jumlah Penumpang Pesawat Papua Barat melonjak signifikan pada Juni 2025, mencapai lebih dari 45 ribu orang. Simak pemicu peningkatan mobilitas ini!

Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat melaporkan peningkatan signifikan jumlah penumpang pesawat di wilayah tersebut pada Juni 2025. Data menunjukkan angka mencapai 45.921 orang, naik 14,87 persen dari bulan sebelumnya. Peningkatan ini secara langsung mencerminkan adanya mobilitas masyarakat yang lebih tinggi.
Kepala BPS Papua Barat, Merry, menjelaskan bahwa kenaikan ini setara dengan penambahan 5.944 penumpang dibandingkan Mei 2025. Meskipun secara bulanan terjadi peningkatan yang substansial, secara tahunan jumlah ini terkontraksi 12,16 persen dibandingkan Juni 2024 yang mencapai 52.280 orang. Perbandingan ini memberikan gambaran menyeluruh tentang tren transportasi udara.
Peningkatan jumlah penumpang ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk pertengahan tahun ajaran baru sekolah, menjelang liburan keagamaan, dan cuti bersama. Dinamika ini menunjukkan bagaimana peristiwa kalender memengaruhi pola perjalanan masyarakat. Data ini penting untuk memahami pergerakan ekonomi dan sosial di Papua Barat.
Lonjakan Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang
Data dari BPS merinci bahwa jumlah penumpang pesawat yang tiba melalui seluruh bandar udara di Papua Barat mencapai 22.828 orang pada Juni 2025. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 17,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 19.436 orang. Peningkatan ini menunjukkan daya tarik wilayah sebagai tujuan perjalanan.
Sementara itu, jumlah penumpang yang berangkat dari wilayah Papua Barat juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tercatat 23.093 orang meninggalkan daerah tersebut, naik 12,43 persen dari 20.541 orang pada Mei 2025. Keseimbangan antara jumlah kedatangan dan keberangkatan ini penting untuk pertumbuhan sektor pariwisata dan bisnis.
Kenaikan mobilitas Penumpang Pesawat Papua Barat ini mengindikasikan adanya pergerakan masyarakat yang lebih aktif. Faktor-faktor seperti kunjungan keluarga, perjalanan dinas, atau wisata domestik kemungkinan besar berkontribusi pada tren positif ini. Peningkatan ini juga dapat menjadi indikator pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Peningkatan Frekuensi Penerbangan di Papua Barat
Sejalan dengan peningkatan jumlah penumpang, frekuensi penerbangan di Papua Barat juga menunjukkan tren positif yang signifikan. Pada Juni 2025, tercatat 1.101 penerbangan, meningkat 2,04 persen dari 1.079 penerbangan pada Mei 2025. Ini menunjukkan respons maskapai penerbangan terhadap permintaan pasar yang meningkat.
Total penerbangan tersebut terdiri dari 550 penerbangan kedatangan dan 551 penerbangan keberangkatan. Seluruh aktivitas ini berlangsung melalui enam bandara komersial yang tersebar di enam kabupaten di Papua Barat. Penambahan 22 penerbangan ini cukup signifikan dan memperkuat konektivitas regional.
Peningkatan jumlah penerbangan ini tidak hanya mendukung mobilitas Penumpang Pesawat Papua Barat, tetapi juga memperkuat konektivitas antarwilayah. Ketersediaan rute dan frekuensi yang lebih banyak memudahkan aksesibilitas bagi masyarakat maupun pelaku usaha. Hal ini penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Arus Kargo Udara Turut Meningkat, Dorong Perdagangan Lokal
Selain penumpang, volume barang atau kargo yang diangkut menggunakan pesawat di Papua Barat juga mengalami peningkatan. Pada Juni 2025, tercatat 637,70 ton kargo, naik 4,48 persen dari 610,38 ton pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini menandakan aktivitas ekonomi yang semakin bergeliat di wilayah tersebut.
Kenaikan volume kargo ini didorong oleh peningkatan pengiriman barang keluar Papua Barat yang mencapai 223,03 ton, naik 9,04 persen. Sementara itu, pengiriman barang masuk dari luar wilayah juga meningkat 1,66 persen menjadi 414,67 ton. Neraca kargo ini menunjukkan dinamika perdagangan yang sehat.
Merry menambahkan bahwa peningkatan arus kargo keluar mengindikasikan mulai bergeliatnya aktivitas perdagangan lokal. Termasuk di dalamnya adalah pengiriman hasil produksi daerah ke luar Papua Barat. Hal ini berdampak positif bagi perekonomian regional dan membuka peluang bisnis baru.