NTB alami Defisit Neraca Perdagangan: Impor Melebihi Ekspor di Februari 2025
Nilai impor Nusa Tenggara Barat (NTB) yang lebih tinggi daripada ekspor pada Februari 2025 mengakibatkan defisit neraca perdagangan sebesar 6,55 juta dolar AS.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali mencatatkan defisit neraca perdagangan pada Februari 2025. Hal ini disebabkan oleh nilai impor yang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor. Defisit ini menjadi sorotan utama, mengingat dampaknya terhadap perekonomian daerah. Kepala BPS NTB, Wahyudin, mengumumkan angka defisit yang cukup signifikan, memberikan gambaran tantangan ekonomi yang dihadapi NTB.
Berdasarkan data yang dirilis BPS NTB pada Senin, 17 Maret 2025, nilai ekspor NTB pada Februari 2025 hanya mencapai 7,28 juta dolar AS. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan nilai impor yang mencapai 13,82 juta dolar AS, mengakibatkan defisit sebesar 6,55 juta dolar AS. Kondisi ini menunjukkan ketidakseimbangan dalam perdagangan luar negeri NTB dan membutuhkan strategi untuk meningkatkan ekspor.
Larangan ekspor konsentrat oleh pemerintah pusat terhadap PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) turut memberikan dampak signifikan terhadap neraca perdagangan NTB. Meskipun AMNT telah memiliki fasilitas smelter, larangan tersebut tetap mengurangi volume ekspor komoditas tambang yang selama ini menjadi andalan NTB. Akibatnya, ekspor NTB pada periode Januari-Februari 2025 hanya berasal dari komoditas non-tambang dengan jumlah yang relatif kecil.
Analisis Defisit Neraca Perdagangan NTB
Komoditas ekspor NTB pada Februari 2025 didominasi oleh produk non-tambang seperti udang kaki putih, lobster, mutiara mentah, produk olahan ikan dan daging, rumput laut, kacang mete, dan batu apung. Meskipun beragam, volume ekspor komoditas ini masih belum cukup untuk mengimbangi nilai impor.
Di sisi lain, komoditas impor yang masuk ke NTB cukup beragam, termasuk mesin-mesin dan pesawat mekanik, karet dan barang dari karet, produk keramik, berbagai produk kimia, mesin dan peralatan listrik, serta besi dan baja. Tingginya impor barang-barang modal dan bahan baku ini menunjukkan kebutuhan industri dalam negeri NTB yang masih bergantung pada impor.
Secara kumulatif, neraca perdagangan NTB pada tahun 2025 hingga Februari masih menunjukan defisit sebesar 40,78 juta dolar AS. Angka ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan stakeholders terkait untuk mencari solusi jangka panjang guna memperbaiki neraca perdagangan NTB.
Upaya Peningkatan Ekspor NTB
Kepala BPS NTB, Wahyudin, berharap agar komoditas non-tambang NTB dapat terus berkembang dan semakin beragam. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk ekspor menjadi kunci untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Diversifikasi produk ekspor juga sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa komoditas saja.
Pemerintah daerah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada para pelaku usaha di NTB, khususnya dalam hal peningkatan kualitas produk, akses pasar, dan kemudahan berusaha. Pengembangan infrastruktur pendukung juga sangat krusial untuk meningkatkan daya saing produk NTB di pasar internasional.
Selain itu, perlu dilakukan eksplorasi dan pengembangan komoditas non-tambang baru yang berpotensi untuk diekspor. Hal ini membutuhkan riset dan inovasi yang berkelanjutan untuk menemukan komoditas unggulan baru yang dapat menjadi penggerak perekonomian NTB.
Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan NTB pada Februari 2025 menjadi tantangan yang harus diatasi. Peningkatan ekspor non-tambang, diversifikasi produk, dan dukungan pemerintah menjadi kunci untuk memperbaiki neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB yang berkelanjutan. Harapannya, muncul komoditas unggulan baru yang dapat meningkatkan daya saing NTB di pasar global.