OJK Dorong Bank Emas Tingkatkan Likuiditas dan Pertumbuhan Ekonomi RI
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong pengembangan bank emas di Indonesia untuk meningkatkan likuiditas, menstabilkan pertumbuhan ekonomi, dan mengoptimalkan potensi emas domestik.

Jakarta, 18 Februari 2025 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis bahwa bisnis perbankan emas akan memberikan dampak positif signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Mereka melihat potensi besar dalam meningkatkan likuiditas sistem keuangan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil, dan menjadi jembatan penting antara penawaran dan permintaan emas dalam negeri.
Potensi Emas Indonesia dan Peran Bank Emas
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, menyatakan keyakinannya akan potensi emas domestik yang dapat dimobilisasi melalui monetisasi bulion. Indonesia, menurut data U.S. Geological Survey, menempati peringkat kedelapan dunia sebagai penghasil emas terbesar dengan produksi tahunan mencapai 110 ton pada tahun 2023. Lebih lanjut, Indonesia juga berada di peringkat keenam negara dengan cadangan emas terbesar, mencapai 2.600 ton.
Potensi besar ini mendorong OJK untuk mendukung pengembangan bank emas. Saat ini, dua lembaga jasa keuangan (LJK) telah mendapatkan izin untuk menjalankan kegiatan usaha bank emas dari OJK: PT Pegadaian (Persero) sejak 23 Desember 2024 dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sejak 12 Februari 2025. Data dari OJK menunjukkan bahwa Pegadaian telah berhasil mengumpulkan saldo deposito emas sebesar 31.604 kilogram, emas titipan korporasi sebanyak 988 kilogram, dan telah menyalurkan pinjaman modal kerja emas sebanyak 20 kilogram.
Tantangan dan Solusi Pengembangan Bank Emas
Meskipun potensial, pengembangan bank emas juga menghadapi tantangan. Agusman menyebutkan perlunya kelengkapan ekosistem bank emas dan pemetaan profil risiko yang komprehensif, mengingat ini masih merupakan sektor yang relatif baru. Untuk mengatasi hal ini, OJK telah menerbitkan POJK 17/2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bulion. POJK ini memberikan panduan bagi LJK dalam menjalankan kegiatan usaha bank emas secara aman dan optimal, demi memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Sebagai langkah strategis lainnya, OJK menargetkan penyelesaian Peta Jalan Kegiatan Usaha Bulion (KUBL) pada Agustus 2025. Saat ini, OJK tengah aktif melakukan forum group discussion (FGD) dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan peta jalan tersebut. Partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan sangat krusial untuk memastikan keberhasilan pengembangan sektor ini.
Kesimpulan
Inisiatif OJK dalam mendorong pengembangan bank emas di Indonesia merupakan langkah strategis untuk meningkatkan likuiditas, menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan memanfaatkan potensi sumber daya alam emas secara optimal. Dengan dukungan regulasi yang jelas dan kolaborasi yang kuat antar pemangku kepentingan, sektor bank emas diproyeksikan akan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia di masa mendatang. Keberhasilan ini akan bergantung pada implementasi efektif POJK 17/2024 dan penyelesaian Peta Jalan KUBL yang tepat waktu.