Pemerintah Berupaya Atasi Paradoks Pangan: Kesejahteraan Petani Jadi Fokus Utama
Pemerintah berkomitmen selesaikan paradoks pangan di Indonesia dengan meningkatkan kesejahteraan petani melalui pembelian gabah dengan harga baik, meskipun masih butuh kalibrasi.

Klaten, Jawa Tengah, 22 Maret 2024 - Indonesia menghadapi paradoks pangan yang kompleks: negara dengan populasi hampir 280 juta jiwa membutuhkan pasokan pangan yang besar, namun kesejahteraan petani, penopang utama sektor pertanian, masih jauh dari ideal. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Prita Laura, di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu lalu, saat menghadiri panen raya di Desa Sumber, Kecamatan Trucuk.
Prita menjelaskan bahwa ketergantungan Indonesia pada impor pangan di masa lalu menjadi salah satu faktor utama permasalahan ini. Presiden Prabowo Subianto, menurut Prita, secara konsisten berupaya mengatasi paradoks ini melalui berbagai program, salah satunya adalah program pembelian gabah petani dengan harga yang lebih menguntungkan.
"Masalahnya adalah petani kita kurang sejahtera, kita kemarin masih tergantung oleh impor. Nah paradoks-paradoks inilah yang secara konsisten dijawab oleh Presiden Prabowo. Salah satunya dengan program pembelian gabah petani dengan harga yang baik," jelas Prita. Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi ketergantungan impor pangan Indonesia.
Meningkatkan Kesejahteraan Petani dan Ketahanan Pangan
Pemerintah, melalui kebijakan Presiden Prabowo, berupaya menyelesaikan permasalahan kesejahteraan petani melalui pembelian gabah dengan harga yang lebih baik. "Sehingga kemudian jawaban kuncinya kesejahteraan petani bisa diselesaikan dengan ini," tambah Prita. Meskipun demikian, Prita mengakui bahwa proses implementasi kebijakan ini masih memerlukan kalibrasi dan penyesuaian agar lebih efektif dan mampu menjawab tantangan sektor pertanian Indonesia.
Prita menekankan pentingnya melihat kebijakan ini sebagai sebuah proses yang berkelanjutan, bukan solusi instan. "Tentunya dalam proses pelaksanaan masih ada proses-proses yang membutuhkan kalibrasi, tapi tolong ini adalah sebuah proses jangan langsung dicap gagal, tapi tolong dilihat bagaimana keberpihakan Presiden untuk menjawab paradoks ini," tegasnya. Presiden Prabowo, menurut Prita, menunjukkan komitmen nyata dalam mengatasi paradoks pangan dengan memastikan harga gabah yang menguntungkan petani dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Pemerintah berharap kebijakan ini dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk kesejahteraan petani dan menjamin masa depan sektor pertanian serta ketahanan pangan Indonesia. "Karena bagaimanapun paradoks ini harus dijawab demi masa depan kita bersama," pungkas Prita.
Peran Bulog dalam Menyerap Hasil Panen
Wakil Direktur Bulog, Mayjen (Purn) Marga Taufiq, turut memberikan keterangan terkait penyerapan hasil panen petani. Bulog, menurut Marga, memastikan seluruh hasil panen diserap dengan mekanisme tim pengadaan dan tim penjemputan yang langsung mendatangi petani.
“Bulog yang ada di hilir, sesuai dengan perintah dari Bapak Presiden yang tertuang dalam Asta Cita. Petani harus tersenyum ketika panen. Maka kita datang ke sini memastikan bahwa Bulog membeli dengan harga Rp6.500/kg,” jelas Marga usai memantau panen raya tersebut. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberikan harga yang layak bagi hasil kerja keras para petani.
Dengan adanya jaminan penyerapan hasil panen oleh Bulog dengan harga yang telah ditetapkan, diharapkan petani dapat lebih sejahtera dan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Program ini menjadi bagian integral dari upaya pemerintah dalam mengatasi paradoks pangan dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan program ini akan berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan Indonesia. Namun, evaluasi dan penyesuaian yang berkelanjutan tetap diperlukan untuk memastikan efektivitas program dalam jangka panjang.