Pemkot Bandung Luncurkan Mobil Konseling: Upaya Cegah Kekerasan Anak dan Perempuan
Pemerintah Kota Bandung meluncurkan mobil layanan konseling keliling untuk mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan, sebagai bagian dari program Senandung Perdana guna mengatasi tingginya angka kekerasan di kota tersebut.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, meluncurkan inovasi terbaru dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap anak dan perempuan: sebuah mobil layanan konseling keliling. Inisiatif ini diluncurkan pada tanggal 5 Maret 2024, menjawab tingginya angka kekerasan yang terjadi di kota tersebut. Layanan konseling ini akan menjangkau korban secara langsung, baik di rumah maupun di lokasi lain yang dibutuhkan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, Uum Sumiati, menjelaskan bahwa pendekatan 'jemput bola' ini dipilih untuk memastikan aksesibilitas bantuan bagi para korban. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PKK, RW, dan komunitas seperti Vawura dan Kencana, juga dilakukan untuk memperluas jangkauan layanan ini. "Kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PKK, RW, serta komunitas seperti Vawura dan Kencana, untuk menjangkau lebih banyak masyarakat," kata Uum di Bandung, Rabu.
Mobil layanan konseling ini merupakan bagian integral dari program Senandung Perdana, sebuah program yang dirancang untuk memberikan perlindungan komprehensif bagi perempuan dan anak di Kota Bandung. Program ini dinilai sangat penting mengingat tingginya angka kekerasan terhadap anak di kota tersebut. Data DP3A Kota Bandung mencatat 200 kasus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2024, dengan rincian 97 kasus kekerasan terhadap istri dan 102 kasus terhadap perempuan lainnya. "Empat jenis kekerasan yang tertinggi adalah kekerasan psikis, keduanya fisik, lalu seksual, dan yang keempatnya adalah penelantaran," ungkap Uum.
Layanan Terpadu Senandung Perdana
Program Senandung Perdana tidak hanya berfokus pada konseling, tetapi juga mengintegrasikan berbagai aspek penanganan kekerasan. Uum Sumiati menjelaskan bahwa penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak memerlukan pendekatan multisektoral. Oleh karena itu, program ini melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti dinas kesehatan, pendidikan, kependudukan, dan tenaga kerja. "Persoalan kekerasan yang terjadi bukan hanya ditangani oleh pihaknya, tapi beririsan juga dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain, seperti kesehatan, pendidikan, kependudukan, tenaga kerja, dan dengan aspek lain," jelasnya. Bahkan, terdapat rencana untuk mengklasifikasikan penanganan kasus berdasarkan wilayah administrasi, baik tingkat kecamatan maupun kelurahan.
Layanan konseling yang diberikan melalui mobil keliling ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih mudah dan nyaman bagi korban kekerasan. Dengan adanya layanan ini, korban tidak perlu datang ke kantor DP3A, sehingga mengurangi hambatan dan stigma yang mungkin mereka alami. Kehadiran konselor terlatih di lokasi korban juga dapat memberikan rasa aman dan dukungan yang lebih efektif.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya melaporkan kasus kekerasan dan mencari bantuan sangatlah penting. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, diharapkan lebih banyak kasus kekerasan dapat dideteksi dan ditangani sejak dini.
Harapan Wali Kota Bandung
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menyampaikan harapannya agar program Senandung Perdana, khususnya layanan mobil konseling, dapat secara efektif menurunkan angka kekerasan di Kota Bandung. Ia menekankan pentingnya penanganan yang sistematis untuk mencegah kekerasan berkembang menjadi masalah sosial yang lebih besar. "Jika tidak ditangani dengan baik, ini bisa menjadi penyakit sosial. Senandung Perdana diharapkan menjadi solusi sistematis dalam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak," ujar Farhan.
Dengan diluncurkannya mobil layanan konseling ini, Pemkot Bandung menunjukkan komitmennya dalam melindungi perempuan dan anak dari kekerasan. Program ini diharapkan dapat menjadi model bagi kota-kota lain dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis komunitas dan pendekatan yang holistik.
Data DP3A Kota Bandung menunjukkan jenis kekerasan yang paling sering terjadi adalah kekerasan psikis, diikuti kekerasan fisik, seksual, dan penelantaran. Data ini menjadi dasar penting dalam merancang strategi pencegahan dan penanganan yang tepat sasaran. Ke depannya, diharapkan akan ada evaluasi berkala untuk mengukur efektivitas program Senandung Perdana dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai organisasi terkait, diharapkan Kota Bandung dapat menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi perempuan dan anak dari segala bentuk kekerasan.