Pengembangan Bandara Haji Asan Sampit: Pendorong Ekonomi Kotim
Bupati Kotim, Halikinnor, gencar kembangkan Bandara Haji Asan Sampit untuk menunjang perekonomian daerah dan mengantisipasi pembatasan operasional pesawat-pesawat klasik.

Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Halikinnor, menyatakan komitmennya untuk mengembangkan Bandara Haji Asan Sampit. Langkah ini diyakini krusial bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan keberlanjutan akses transportasi udara di Kotim. Pengembangan bandara menjadi prioritas karena saat ini bandara hanya dapat didarati pesawat jenis klasik, yang keberadaannya semakin terbatas.
Kekhawatiran Bupati Halikinnor terkait pembatasan operasional pesawat klasik oleh Kementerian Perhubungan menjadi alasan utama percepatan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit. Jika pesawat-pesawat klasik tak lagi diizinkan beroperasi, maka aktivitas penerbangan di Sampit terancam berhenti, berdampak signifikan pada mobilitas masyarakat, perekonomian, dan investasi.
Pemerintah Kabupaten Kotim telah beberapa kali mengusulkan pengembangan bandara ke Kementerian Perhubungan. Upaya ini membuahkan hasil berupa penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada Juni 2024 antara Pemkab Kotim dan Kementerian Perhubungan terkait pembangunan dan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit. Hal ini menandakan komitmen nyata pemerintah pusat dalam mendukung kemajuan Kotim.
Saat ini, Bandara Haji Asan Sampit hanya melayani pesawat sekelas Boeing 737-500, yang dioperasikan oleh NAM Air. Pesawat jenis ini termasuk pesawat klasik dan jumlahnya semakin berkurang. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur bandara menjadi penting untuk menjamin aksesibilitas transportasi udara di masa depan.
Sebagai upaya antisipasi, Pemkab Kotim telah melakukan kajian bersama Universitas Brawijaya pada 2023. Kajian tersebut menunjukkan potensi besar Bandara Haji Asan Sampit dalam melayani penerbangan. Kotim sendiri merupakan kabupaten terpadat di Kalimantan Tengah dengan lebih dari 440.000 jiwa dan luas wilayah mencapai 16.796 kilometer persegi.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi Kotim, terutama sektor jasa, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan, semakin meningkatkan kebutuhan akan akses transportasi udara yang memadai. Keberadaan lebih dari 50 perusahaan besar swasta (PBS) di sektor perkebunan dan pertambangan di Kotim juga turut memperkuat kebutuhan akan peningkatan layanan penerbangan.
Kesimpulannya, pengembangan Bandara Haji Asan Sampit bukan hanya sekadar proyek infrastruktur, tetapi investasi strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas penduduk Kotim. Dengan dukungan dari pemerintah pusat dan komitmen Pemkab Kotim, diharapkan pengembangan bandara dapat segera terealisasi dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Kotim.