Pentingnya Kesadaran Publik Jaga Keunikan Geopark Kaldera Toba, Danau Vulkanik Terbesar Dunia
Tim penilai UNESCO soroti pentingnya kesadaran publik untuk melestarikan Geopark Kaldera Toba, situs warisan geologi dan budaya unik yang terancam.

Medan, Sumatera Utara – Tim penilai UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba menegaskan betapa krusialnya membangun kesadaran publik. Hal ini bertujuan untuk mendukung perlindungan nilai geologi dan budaya Danau Toba yang luar biasa. Penilaian ulang status geopark ini menjadi momen penting bagi kelestarian warisan alam dan budaya Indonesia.
Jose Brilha, salah satu penilai Geopark Kaldera Toba dari UNESCO, menyampaikan penekanan ini kepada para siswa SMK Negeri 1 Simanindo, Samosir. Ia menekankan bahwa kesadaran masyarakat adalah kunci utama dalam upaya pelestarian Kaldera Toba. Generasi muda di tujuh kabupaten sekitar Danau Toba harus memahami bahwa mereka hidup di dekat danau vulkanik terbesar di dunia.
Geopark Kaldera Toba merupakan warisan geologi, alam, dan budaya yang sangat unik. Danau Toba sendiri membentang sekitar 100 kilometer panjangnya dan 30 kilometer lebarnya, mencakup wilayah Simalungun, Samosir, Toba, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Karo, dan Dairi. Keunikan ini menuntut perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat.
Fondasi Perlindungan Melalui Kesadaran Komunitas
Pentingnya kesadaran komunitas menjadi sorotan utama dalam upaya pelestarian Geopark Kaldera Toba. Jose Brilha secara tegas menyatakan bahwa Danau Toba tercatat dalam setiap buku geologi dan dikenal luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di wilayah istimewa ini memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mewariskannya kepada generasi mendatang.
Tim penilai UNESCO, yang juga beranggotakan Jeon Yong Mun, melakukan kunjungan ke beberapa situs penting. Mereka mengunjungi Batu Siallagan, sebuah cagar budaya di tepi Danau Toba, serta Kampung Ulos Huta Raja yang melestarikan banyak situs budaya Batak. Kunjungan ini juga mencakup Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba di Desa Sigulati, Samosir.
Brilha mengungkapkan kekagumannya terhadap sejarah yang disajikan oleh para pengelola geosite. Mereka juga memberikan masukan konstruktif, termasuk mengenai penempatan papan informasi. Kolaborasi antara tim penilai dan pengelola lokal diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan geopark.
Upaya Revalidasi dan Peringatan UNESCO
Proses revalidasi status Geopark Kaldera Toba sedang berlangsung dari 21 hingga 25 Juli 2025. Badan Pengelola UNESCO Global Geopark Kaldera Toba (BP TCUGGp) bertanggung jawab penuh atas persiapan ini. Revalidasi ini sangat krusial mengingat status geopark yang sempat mendapat sorotan.
Pada pertemuan Dewan UNESCO Global Geopark di Maroko, 4 dan 5 September 2023, Geopark Kaldera Toba menerima “kartu kuning” dari UNESCO. Peringatan ini diberikan karena geopark tersebut dinilai gagal memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan. BP TCUGGp diminta untuk segera melakukan perbaikan signifikan sebelum revalidasi berikutnya.
Peringatan ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi standar internasional. Upaya perbaikan harus mencakup aspek pengelolaan, konservasi, edukasi, dan partisipasi masyarakat. Dengan demikian, status Geopark Kaldera Toba sebagai warisan dunia dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan.