Penyelundupan Penyu di Jembrana: 5 Mati, 19 Dilepasliarkan
Penyelundupan 29 penyu hijau di Jembrana, Bali, mengakibatkan lima penyu mati diduga akibat stres, dehidrasi, dan luka dalam; 19 penyu lainnya dilepasliarkan setelah mendapat perawatan.

Tragedi penyelundupan satwa dilindungi kembali terjadi di Jembrana, Bali. Lima ekor penyu hijau ditemukan mati setelah gagal diselundupkan, Senin (13/1). Kejadian ini terungkap berkat keberhasilan Satuan Reserse Kriminal Polres Jembrana yang menghentikan sebuah mobil pikap yang mencurigakan di Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan.
Sebanyak 29 ekor penyu hijau diamankan dalam penggerebekan tersebut. Menurut Kepala BKSDA Bali, Ratna Hendratmoko, kematian lima penyu diduga kuat disebabkan oleh stres dan dehidrasi akibat perjalanan yang buruk. Kondisi pengangkutan yang tidak layak membuat penyu mengalami tekanan yang signifikan.
Kondisi memprihatinkan tidak hanya dialami lima penyu yang mati. Lima ekor penyu lainnya mengalami kondisi kesehatan yang buruk dan masih dalam pemulihan. Satu di antaranya bahkan dalam kondisi kritis dan telah dirujuk ke Pusat Rehabilitasi Jaringan Satwa Indonesia untuk mendapatkan perawatan intensif. Sisanya, 19 ekor penyu yang kondisinya lebih baik telah dilepasliarkan di Pantai Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.
Vemke Den Haas dari Jaringan Satwa Indonesia (JSI) memberikan keterangan tambahan. Ia mengungkapkan temuan luka dalam pada organ penyu yang mati. Dugaan kuat, luka tersebut disebabkan oleh penumpukan yang sembarangan selama proses pengangkutan. "Dari beberapa kali kami menangani penyu selundupan, ini yang paling parah kondisinya," ungkap Vemke.
Polres Jembrana, diwakili AKBP Endang Tri Purwanto, menyatakan bahwa penyelidikan kasus ini masih terus berlanjut. Pihaknya tidak hanya menargetkan operator lapangan seperti sopir, kernet, dan nelayan, tetapi juga akan memburu para pemodal di balik bisnis penyelundupan ilegal ini.
Komitmen dalam memberantas kejahatan satwa dilindungi mendapat apresiasi. BKSDA memberikan penghargaan kepada Kapolres Jembrana atas konsistensinya dalam mencegah penyelundupan satwa. Penyerahan penghargaan ini menjadi bukti nyata sinergi antar lembaga dalam melindungi kekayaan alam Indonesia.
Kasus penyelundupan penyu ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan satwa langka. Perlu kesadaran bersama untuk menghentikan praktik ilegal tersebut dan melindungi kelestarian penyu hijau di perairan Indonesia. Semoga kasus ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar lebih peduli terhadap lingkungan dan satwa.