Perajin Lampion Malang Kebanjiran Pesanan Jelang Imlek 2025
Menjelang Imlek 2025, perajin lampion di Malang, Jawa Timur, menerima lonjakan pesanan hingga 20-30 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama model lampion bola dan kapsul yang sedang tren.

Perajin lampion di Kota Malang, Jawa Timur, sedang menikmati masa panen raya. Jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2025 pada tanggal 29 Januari, pesanan lampion membeludak. Achmad Syamsudin, seorang perajin dari Kampung Lampion di Jalan Ir H Juanda, Jodipan, Kota Malang, misalnya, telah menerima sekitar 2.600 pesanan sejak Desember 2024.
Lonjakan Pesanan yang Signifikan
Achmad mengaku kewalahan namun bersyukur. Sebagian besar pesanan, sekitar 2.000 lampion, datang dari Jakarta. Ia sebenarnya menerima 6.000 pesanan dari ibu kota, tetapi membatasi jumlahnya karena pertimbangan tenaga kerja dan waktu produksi. Sisanya, sekitar 600 lampion, berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, termasuk Surabaya dan Mojokerto. Dibandingkan Imlek 2024, Achmad memperkirakan terjadi peningkatan pesanan sekitar 20 hingga 30 persen.
Tren Model Lampion
Keberhasilan Achmad dalam memenuhi permintaan pasar terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap tren. Lampion berbentuk bola dan kapsul menjadi primadona tahun ini, berbeda dengan tahun lalu yang didominasi model shio. Hal ini menjadi kunci utama tingginya permintaan terhadap produknya.
Tantangan dan Adaptasi
Meskipun permintaan tinggi, Achmad menghadapi tantangan kenaikan harga bahan baku. Ia memilih untuk tidak menaikkan harga jual demi mempertahankan daya saing dan memastikan kelancaran usaha serta penghasilan para pekerjanya. Bersama 13 karyawannya, Achmad berhasil menyelesaikan 1.920 lampion dan telah mengirimkan sebagian besar pesanan, termasuk ke Jakarta, sebelum perayaan Imlek.
Kesimpulan
Kenaikan permintaan lampion menjelang Imlek 2025 di Malang menunjukkan geliat ekonomi kreatif dan kemampuan perajin lokal beradaptasi dengan tren pasar. Meskipun menghadapi tantangan seperti kenaikan harga bahan baku, Achmad dan para perajin lainnya tetap optimis dan mampu memenuhi permintaan yang tinggi.