Perang Dagang Trump Guncang Pasar Kripto: Bitcoin Anjlok di Bawah US$80.000
Analis Tokocrypto memprediksi perang dagang yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Januari 2025 memicu gejolak pasar kripto, membuat harga Bitcoin anjlok hingga di bawah US$80.000 dan menimbulkan ketidakpastian ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang dagang pada 20 Januari 2025, memicu gejolak signifikan di pasar kripto. Anjloknya harga Bitcoin hingga di bawah US$80.000, tepatnya US$79.700, menjadi dampak paling nyata dari kebijakan tersebut. Kejadian ini terjadi di Jakarta, dan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor global.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyatakan bahwa pengumuman perang dagang tersebut telah mengakibatkan penurunan drastis kapitalisasi pasar kripto. Dari US$3,7 triliun, kapitalisasi pasar tersebut merosot menjadi US$2,6 triliun, mengalami kerugian lebih dari US$900 miliar. Penurunan ini terjadi seiring dengan koreksi harga altcoin utama seperti Ethereum (ETH), XRP, Solana (SOL), dan Dogecoin (DOGE) hingga 9 persen.
Kebijakan Trump yang memberlakukan tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko, serta ancaman tarif tambahan 10 persen untuk China, menjadi pemicu utama gejolak ini. Ketidakpastian ekonomi global yang ditimbulkan oleh perang dagang tersebut turut memperparah situasi dan menyeret Bitcoin jatuh lebih dalam.
Anjloknya Bitcoin dan Sentimen Pasar
Arus keluar bersih dari ETF Bitcoin mencapai US$754,6 juta pada 26 Februari, memperpanjang rangkaian arus keluar hingga delapan hari berturut-turut. Kondisi ini semakin menekan harga Bitcoin. Fyqieh menjelaskan bahwa sentimen bearish semakin menguat, dengan Crypto Fear & Greed Index mencapai level 'Extreme Fear', titik terendah sejak jatuhnya FTX pada tahun 2022.
Selain kebijakan tarif Trump, beberapa faktor lain memperparah situasi. Maraknya skandal penipuan di sektor koin meme merusak kepercayaan investor. Kerugian besar yang dialami perusahaan besar seperti Strategy, yang telah menginvestasikan US$2 miliar di Bitcoin, juga turut menekan pasar. Ancaman tarif 25 persen terhadap Uni Eropa semakin menambah tekanan.
Penjualan besar-besaran oleh pemegang Bitcoin besar (whales) sekitar 6.813 Bitcoin senilai US$540 juta sejak minggu lalu memperburuk penurunan harga dan meningkatkan ketidakpastian investor. Ini merupakan aksi jual terbesar sejak Juli lalu.
Prospek Bitcoin dan Skenario Ke Depan
Laporan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan datang dapat mengubah kondisi pasar. Inflasi AS yang lebih rendah dan pendapatan serta pengeluaran pribadi yang lebih rendah dapat meningkatkan kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed pada tahun 2025. Sikap The Fed yang lebih dovish berpotensi memicu permintaan aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Saat ini, Bitcoin diperdagangkan sekitar US$79.700 setelah kehilangan level support penting di US$80.313. Jika tekanan jual berlanjut, Bitcoin kemungkinan akan menguji support berikutnya di US$76.741. Kegagalan mempertahankan level ini dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut hingga US$71.529.
Untuk membalikkan tren bearish, Bitcoin perlu kembali di atas US$80.313 dan menembus level US$85.000. Jika berhasil, pasar berpotensi memulai pemulihan yang lebih stabil menjelang pertengahan tahun 2025. Meskipun tren penurunan tajam, analis masih melihat peluang bagi pasar kripto untuk bangkit kembali.
Fyqieh memaparkan dua skenario: skenario bearish yang dipicu oleh kekhawatiran perang dagang, data ekonomi AS yang kuat, sikap agresif Fed, dan resistensi terhadap Cadangan Bitcoin Strategis AS (SBR), yang dapat membuat Bitcoin tetap di bawah US$80.000; dan skenario bullish yang ditandai meredanya ketegangan perdagangan, inflasi AS yang lebih rendah, sinyal dovish dari Fed, dan kemajuan SBR, yang dapat mendorong Bitcoin menuju level resistensi kuat US$90.000. Ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan investor.
Meskipun terdapat potensi pemulihan, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai oleh para investor. Situasi ini membutuhkan pemantauan ketat dan analisis yang cermat untuk menentukan langkah investasi yang tepat di masa mendatang.