Bitcoin Tembus US$93.000! Optimisme AS-China Dorong Kenaikan Harga Kripto
Harga Bitcoin melesat tembus US$93.000, didorong optimisme atas dinamika perdagangan AS-China dan peningkatan permintaan institusional, namun analis mengingatkan potensi risiko penurunan harga.

Harga Bitcoin secara mengejutkan menembus level US$93.000 pada tanggal 23 April, menandai kenaikan lebih dari 5 persen hanya dalam 24 jam. Kenaikan ini terjadi di tengah kabar positif mengenai dinamika perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta peningkatan permintaan institusional terhadap Bitcoin. Analis memprediksi bahwa pergerakan ini juga dipengaruhi oleh sentimen pasar yang optimis dan potensi pelonggaran tensi dagang antara kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.
Analis perusahaan jual beli aset kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa performa solid pasar kripto ini dipicu oleh kabar positif dari negosiasi perdagangan AS-China. "Kenaikan ini pun turut diikuti oleh sejumlah altcoin dan meme coin seperti Ethereum yang terapresiasi sebesar 13 persen di level 1,784 dolar AS, Solana naik 20 persen di level 151 dolar AS, serta DOGE yang turut menghijau 18,77 persen," ujar Fahmi. Kenaikan ini menunjukkan adanya sentimen positif yang meluas di pasar aset kripto.
Selain kabar positif dari AS-China, saham-saham AS juga mengalami pemulihan signifikan setelah sebelumnya mengalami koreksi. Namun, emas justru mengalami koreksi sekitar 1 persen dari level tertingginya. Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyampaikan bahwa tarif impor sebesar 145 persen terhadap China akan dikurangi secara substansial, sebuah pernyataan yang disambut positif oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent. Bessent menyebut kebijakan tarif saat ini sebagai bentuk embargo dagang yang tidak berkelanjutan dan berharap akan terjadi de-eskalasi dalam waktu dekat.
Lonjakan Minat dan Risiko Penurunan
Fahmi Almuttaqin mengingatkan bahwa reli ini juga membawa potensi risiko penurunan harga. Sentimen positif terhadap pelonggaran tensi dagang mendorong lonjakan minat terhadap aset berisiko, termasuk kripto. Penguatan serempak ini menunjukkan investor memanfaatkan momentum jangka pendek untuk meraih keuntungan. "Selain dikarenakan banyak aset berada di kondisi jenuh jual, hal ini disebabkan oleh kebanyakan meme coin dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar, secara umum cenderung memiliki kekuatan likuiditas dan volume perdagangan yang tinggi," jelasnya.
Kondisi ini memudahkan investor untuk keluar dari posisinya jika sentimen positif mulai meredup. Namun, minat investor ritel terhadap meme coin yang cukup besar di berbagai negara dapat menahan reli agar berlangsung lebih lama. "Semakin banyaknya investor dan traders yang bergabung dengan tren yang ada dapat menahan reli untuk berlangsung lebih lama," tambah Fahmi. Situasi ini menciptakan dinamika yang menarik dan penuh ketidakpastian di pasar kripto.
Selain faktor geopolitik, peningkatan permintaan institusional terhadap Bitcoin juga menjadi pendorong kenaikan harga. Data Coinglass mencatat aliran dana masuk bersih ke ETF Bitcoin spot mencapai US$381 juta pada 21 April 2025 dan melonjak menjadi US$719 juta pada 22 April 2025. Angka ini menunjukkan kepercayaan institusi mulai pulih dan berpotensi memperkuat reli jangka menengah. Namun, Fahmi mengingatkan bahwa kenaikan harga belum sepenuhnya mencerminkan penguatan fundamental pasar kripto.
Pertimbangan Fundamental dan Kebijakan The Fed
Fahmi mencatat bahwa total value locked (TVL) di berbagai platform DeFi masih rendah, mengindikasikan investor kripto sejati masih menunggu dan mengamati situasi. "Kenaikan Bitcoin saat ini mencerminkan respon cepat pasar terhadap katalis makro, terutama kabar positif terkait geopolitik dan suku bunga. Pertimbangan tersebut turut berpotensi menjadi faktor yang dapat membuat para investor lebih waspada dalam reli kali ini, terlebih dinamika tarif AS ini telah berlangsung selama beberapa pekan sejak pertama kali mencuat," imbuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa faktor fundamental masih perlu dipertimbangkan.
Arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) juga akan menjadi kunci terhadap sentimen pasar. Presiden Trump mendorong penurunan suku bunga untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi, namun langkah ini dinilai berisiko di tengah tekanan inflasi yang tinggi dan potensi lonjakan harga akibat tarif impor. "Penurunan suku bunga di tengah kondisi inflasi yang ada saat ini dan potensi kenaikan inflasi di masa depan imbas telah diberlakukannya tarif impor AS dapat sangat mengkhawatirkan bagi investor yang menyimpan asetnya di instrumen seperti uang fiat atau bahkan mungkin juga surat hutang," tutur Fahmi.
Potensi penurunan suku bunga dapat memicu kenaikan harga besar-besaran di pasar kripto dan saham AS. Di tengah ketidakpastian ini, investor disarankan untuk mempersiapkan strategi menghadapi potensi reli lanjutan. Investor berpengalaman dapat mengelola portofolio secara aktif, sementara investor pemula masih memiliki kesempatan untuk memulai investasi di pasar kripto dan saham AS. "Bagi investor yang ingin mengoptimalkan keuntungan, maka strategi pengelolaan portofolio secara lebih aktif semakin menarik untuk dipertimbangkan di situasi seperti ini. Sementara bagi investor pemula, saat ini belum tergolong telat untuk mulai berinvestasi kripto dan saham AS," tambahnya.
Fahmi merekomendasikan fitur Packs dari platform Reku untuk mempermudah diversifikasi. Fitur ini memungkinkan investor membeli kumpulan aset kripto utama dan ETF saham AS dengan investasi minimal. Sistem rebalancing otomatis membantu menjaga alokasi aset tetap optimal sesuai kondisi pasar. Kesimpulannya, kenaikan harga Bitcoin saat ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan investor perlu mempertimbangkan risiko dan peluang secara cermat.