Perang Siber Mengancam: Sinergi TNI Kemkomdigi Kunci Pertahanan Digital Indonesia
Sinergi TNI Kemkomdigi menjadi langkah strategis dalam memperkuat pertahanan digital dan pemerataan akses internet, menghadapi ancaman perang siber dan hoaks.

Menteri Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Meutya Hafid, menegaskan bahwa sinergi antara kementeriannya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan langkah strategis. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengakselerasi agenda transformasi digital nasional yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Hafid pada Sabtu (09/8), menyoroti pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menghadapi tantangan era digital. Sinergi ini diharapkan mampu mengatasi berbagai hambatan, mulai dari pemerataan akses hingga ancaman keamanan siber.
Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari digitalisasi. Selain itu, kerja sama ini juga krusial dalam membangun ketahanan nasional di ranah siber, seiring dengan dinamika geopolitik global.
Pemerataan Akses Internet di Wilayah Terdepan
Salah satu contoh konkret dari sinergi ini adalah upaya bersama dalam memperluas konektivitas internet, khususnya di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Terluar). TNI berperan aktif dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi strategis yang membutuhkan konektivitas.
Mereka juga turut serta dalam mengamankan infrastruktur digital yang dibangun, sehingga Kemkomdigi dapat memberikan akses internet yang optimal. Meutya Hafid secara khusus menyebutkan kolaborasi pembangunan konektivitas di Papua, yang melibatkan mitra TNI di wilayah tersebut.
Kemitraan ini sangat diapresiasi dan diharapkan terus berlanjut, terutama di daerah yang menghadapi tantangan keamanan. Tujuannya adalah agar semua wilayah di Indonesia dapat merasakan manfaat dari digitalisasi nasional.
Inisiatif ini merupakan bagian penting dari upaya mewujudkan Visi Indonesia Digital 2045. Visi tersebut berambisi untuk memastikan akses digital yang merata di seluruh kepulauan Indonesia.
Memperkuat Pertahanan Digital Nasional
Selain konektivitas, Meutya Hafid juga menekankan perlunya Kemkomdigi dan TNI bekerja sama dalam memperkuat pertahanan nasional di domain digital. Hal ini mengingat dinamika geopolitik global yang terus berkembang, di mana konflik semakin melibatkan perang siber.
"Perang digital telah menjadi komponen konflik geopolitik saat ini, menggarisbawahi perlunya pertahanan digital yang kuat," ujarnya. Tantangan pertahanan digital menjadi semakin kompleks seiring dengan inovasi teknologi yang pesat.
Inovasi tersebut dapat menciptakan kerentanan jika tidak dikelola dengan baik. Hafid menunjuk pada teknologi baru seperti konektivitas satelit Low Earth Orbit (LEO) yang disediakan oleh perusahaan asing dan aliran data lintas batas yang masif.
Fenomena ini berpotensi menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional. Oleh karena itu, digitalisasi harus dijaga tidak hanya oleh para ahli IT, tetapi juga oleh mereka yang memiliki keahlian pertahanan strategis.
Peran Masyarakat dalam Melawan Disinformasi
Meutya Hafid juga menggarisbawahi pentingnya melibatkan masyarakat dalam sinergi ini, khususnya dalam mengatasi penyebaran disinformasi. Hoaks dan berita palsu, menurutnya, dapat merusak keamanan nasional.
Hal ini menjadikan koordinasi yang erat sangat penting untuk menjaga stabilitas publik. Keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem digital yang sehat dan aman.
Edukasi dan literasi digital kepada publik akan membantu mereka membedakan informasi yang benar dari yang salah. Dengan demikian, upaya bersama ini dapat membendung arus disinformasi yang merugikan.