Peringatan Bahaya! Risiko Tinggi Gerakan Tanah Susulan di Manggarai Timur
Badan Geologi memperingatkan risiko tinggi gerakan tanah susulan di Manggarai Timur, NTT, mengancam warga dan infrastruktur setelah retakan baru terus berkembang.

Jakarta, 16 Mei 2024 - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan peringatan serius terkait potensi gerakan tanah susulan di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peringatan ini dikeluarkan setelah tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pemeriksaan lapangan pada 5-7 Mei 2024 di Desa Benteng Riwu, yang meliputi Kampung Nawang dan Kampung Kenkel. Hasil pemeriksaan menunjukkan risiko tinggi yang mengancam keselamatan warga dan infrastruktur vital di wilayah tersebut. Gerakan tanah yang terjadi berupa rayapan tanah disertai retakan panjang, sehingga berdampak langsung pada 18 kepala keluarga (KK) dan mengancam 72 KK lainnya yang berada di zona rawan.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menjelaskan bahwa gerakan tanah masih berpotensi berkembang, terutama jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama. "Gerakan tanah masih berpotensi berkembang, terutama jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama," tegas Wafid dalam keterangan resminya. Situasi ini menuntut kewaspadaan tinggi dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat.
Bencana gerakan tanah ini telah mengakibatkan kerusakan yang cukup signifikan. Sebanyak 12 rumah mengalami keretakan dinding, jalan desa terancam putus akibat rekahan yang memotong badan jalan, dan lahan pertanian warga mengalami kerusakan. Kondisi ini semakin memprihatinkan mengingat retakan baru dengan panjang 2-10 meter dan lebar 3-10 sentimeter masih terus berkembang hingga Mei 2024. Di beberapa titik, kemiringan struktur rumah warga bahkan mencapai 15 derajat.
Ancaman Gerakan Tanah Susulan di Manggarai Timur
Lokasi bencana berada di lereng perbukitan curam dengan tanah hasil pelapukan batuan andesit. Jenis tanah ini mudah jenuh air dan rawan longsor. Sistem drainase yang buruk memperparah situasi, karena air hujan mudah meresap ke dalam tanah dan melemahkan struktur lereng. Gerakan tanah pertama kali dilaporkan terjadi pada 15 Januari 2024, namun retakan baru terus berkembang hingga saat ini.
"Aktivitas warga terutama di sawah dan dekat lokasi bencana harus sangat berhati-hati. Jika retakan terus berkembang, warga terdampak perlu segera mengungsi dan direlokasi," imbau Wafid. Hal ini menunjukkan urgensi tindakan mitigasi bencana yang cepat dan tepat.
Longsoran di Kampung Nawang dan Kampung Kenkel cenderung mengarah ke lembah sungai di bagian barat. Jejak rayapan ditemukan pada tebing bagian atas dan bawah, serta memotong jalan desa. Badan Geologi mengklasifikasikan wilayah terdampak masuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah, artinya lebih dari 30 persen kawasan berisiko terdampak apabila terjadi hujan lebat atau guncangan gempa.
Mitigasi Bencana dan Langkah Antisipasi
Untuk mitigasi jangka pendek, Badan Geologi merekomendasikan beberapa langkah penting. Warga diminta menutup retakan dengan tanah liat yang dipadatkan, membenahi drainase dengan saluran kedap air, dan menanam vegetasi berakar kuat seperti bambu, vetiver, jati, dan mahoni di lereng-lereng curam. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko dan meminimalisir dampak gerakan tanah susulan.
Lebih lanjut, Wafid menekankan pentingnya perencanaan tata ruang yang matang. "Lokasi terdampak sebaiknya tidak lagi dijadikan kawasan permukiman dan difungsikan sebagai zona resapan air. Pemerintah daerah perlu merancang penataan ruang dan relokasi warga secara bertahap," ujarnya. Relokasi warga menjadi langkah penting untuk memastikan keselamatan jangka panjang.
Situasi ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan para ahli. Pemantauan intensif terhadap perkembangan retakan tanah dan kondisi cuaca sangat penting untuk mencegah korban jiwa dan kerugian material yang lebih besar. Semoga langkah-langkah mitigasi yang dilakukan dapat meminimalisir dampak bencana dan melindungi keselamatan warga Manggarai Timur.