Desa Mendala Brebes Tak Layak Huni, ESDM Jateng Sarankan Relokasi
Dinas ESDM Jateng menyatakan Desa Mendala, Brebes, rawan bencana tanah bergerak dan tidak layak huni, menganjurkan relokasi warga meskipun mendapat penolakan.

Bencana tanah bergerak yang terjadi di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sejak Kamis (17/4) lalu telah mengakibatkan ratusan rumah rusak dan ratusan jiwa terdampak. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah menyatakan bahwa desa tersebut, secara geologis, tidak layak untuk dihuni.
Kepala Dinas ESDM Jateng, Boedyo Dharmawan, menjelaskan bahwa Desa Mendala terletak pada formasi tanah rambatan. Formasi ini memiliki sifat pengembangan tanah yang besar, sehingga ketika banyak air yang masuk, tanah akan mengembang. Kondisi ini diperparah oleh curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini.
"Kayak masak nasi kalau kebanyakan airnya jadi bubur. Nah, kalau kurang air musim kemarau dia merekah, rekah-rekah di dalam tanah itu. Jadi memang sebenarnya daerah-daerah yang pada formasi itu tidak bagus untuk hunian," ungkap Boedyo Dharmawan.
Formasi Tanah dan Risiko Bencana
Boedyo Dharmawan memaparkan bahwa tanah di Desa Mendala sangat rentan terhadap pergerakan tanah. Sifat pengembangan tanah yang besar menyebabkan tanah mengembang saat musim hujan dan retak saat kemarau. Kondisi ini menjadikan bangunan di atasnya rawan mengalami kerusakan.
Meskipun banyak warga yang enggan pindah karena alasan emosional, yaitu Desa Mendala sebagai tanah kelahiran, ESDM Jateng tetap merekomendasikan relokasi. Langkah ini dinilai sebagai solusi terbaik untuk menghindari risiko bencana yang lebih besar di masa mendatang.
"Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah bagaimana bisa memperkecil terjadinya pergerakan tanah, yakni dengan mengendalikan tampungan air," jelasnya. Ia menambahkan bahwa air yang meresap ke dalam tanah justru memperparah kondisi tanah di Desa Mendala.
Upaya Pencegahan dan Relokasi
Menurut Boedyo Dharmawan, bencana tanah bergerak di Brebes disebabkan oleh akumulasi air hujan yang berlebihan. Air yang berlebihan ini menyebabkan tanah mengembang dan bergerak, sehingga merusak bangunan di atasnya. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi penyerapan air ke dalam tanah atau relokasi warga.
Relokasi warga, menurutnya, perlu dikaji secara matang untuk memastikan lokasi baru aman dan tidak memiliki formasi tanah yang serupa. Pemilihan lokasi relokasi harus mempertimbangkan faktor geologi untuk mencegah kejadian serupa terulang.
"Kalau bisa, air yang di sana (Desa Mendala, red.) jangan sampai meresap ke dalam tanah. Jika (tanah) mengembang, bergerak, ya, pasti bangunan-bangunan yang ada di atasnya bergerak juga," tegasnya.
Dampak Bencana dan Data Korban
Bencana tanah bergerak di Desa Mendala telah mengakibatkan dampak yang signifikan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, setidaknya ada 120 kepala keluarga (KK) dan 442 jiwa yang terdampak. Kerusakan infrastruktur juga cukup parah, dengan 114 rumah rusak, tiga tempat ibadah, dan dua fasilitas pendidikan yang terdampak.
Situasi ini menunjukkan urgensi penanganan bencana dan perlunya solusi jangka panjang, termasuk relokasi warga ke lokasi yang lebih aman secara geologis. Pemerintah daerah perlu segera mengambil langkah-langkah konkret untuk membantu warga yang terdampak dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Relokasi warga menjadi solusi yang direkomendasikan, namun perlu perencanaan dan kajian yang matang agar tidak terjadi masalah serupa di tempat baru. Penting untuk memastikan lokasi relokasi aman dan terhindar dari risiko bencana tanah bergerak.