Tujuh Rumah Rusak Akibat Pergeseran Tanah di Purwakarta
Hujan deras menyebabkan pergeseran tanah di Desa Cisarua, Purwakarta, mengakibatkan tujuh rumah rusak, akses jalan ambles, dan satu masjid ambruk.

Purwakarta, Jawa Barat dilanda bencana pergeseran tanah pada Minggu malam, 9 Maret 2024, setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Bencana ini mengakibatkan kerusakan signifikan di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru. Tujuh rumah warga rusak, akses jalan ambles, dan bahkan satu masjid mengalami kerusakan parah hingga ambruk. Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan dan upaya penanganan segera dari pemerintah daerah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta melaporkan dampak kerusakan yang cukup signifikan. Selain tujuh rumah warga yang mengalami kerusakan, satu warung juga ikut rusak. Kerusakan rumah bervariasi, mulai dari keretakan dinding dan lantai hingga ambruk total. Kepala BPBD Purwakarta, Heryadi Erlan, membenarkan peristiwa ini dan menjelaskan kronologi kejadian serta langkah-langkah yang telah diambil.
Pergeseran tanah juga menyebabkan jalan penghubung Desa Cisarua dan Desa Tegalsari ambles sedalam sekitar 15 sentimeter. Akibatnya, akses jalan tersebut ditutup sementara untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sambil menunggu perbaikan dari dinas terkait. BPBD Purwakarta telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk penanganan lebih lanjut, termasuk perbaikan infrastruktur dan pemulihan kawasan terdampak.
Perincian Kerusakan dan Pengungsian
BPBD mencatat dua keluarga terpaksa mengungsi ke rumah saudara mereka karena kerusakan parah pada rumah tempat tinggal mereka di Kampung Bungur Sarang. Rumah milik Endang dan Ny. Marni mengalami kerusakan terparah hingga ambruk. Lima rumah lainnya, milik Ny. Masi'ah, Andi Hidayat, Mumuh, Sahro, dan Udin Syamsudin, mengalami kerusakan berupa keretakan dinding dan lantai, serta beberapa titik ruangan yang ambles.
Selain rumah warga, Masjid At-Taqwa juga mengalami kerusakan berat hingga ambruk. Warung milik Ny. Marni turut mengalami kerusakan akibat pergeseran tanah tersebut. Kondisi ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak pergeseran tanah yang terjadi di Desa Cisarua.
Heryadi Erlan menjelaskan bahwa wilayah Desa Cisarua termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah. Hal ini disebabkan oleh letak geografisnya yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing, dan jurang. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya pergeseran tanah, terutama saat hujan deras.
Upaya Penanganan dan Pencegahan
BPBD Purwakarta telah mengambil langkah-langkah cepat untuk menangani dampak bencana ini. Selain berkoordinasi dengan dinas terkait untuk perbaikan infrastruktur, BPBD juga memberikan bantuan kepada warga terdampak. Upaya ini diharapkan dapat meringankan beban warga dan mempercepat pemulihan kawasan terdampak.
Kejadian ini menjadi pengingat penting akan pentingnya mitigasi bencana. Pemerintah daerah perlu meningkatkan upaya pencegahan bencana, terutama di daerah rawan pergeseran tanah. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan juga sangat diperlukan untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
Langkah-langkah pencegahan seperti penanaman pohon, pembangunan infrastruktur yang tepat, dan sistem peringatan dini dapat membantu meminimalisir dampak bencana pergeseran tanah. Selain itu, edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi dan mengurangi risiko bencana juga sangat penting.
Peristiwa pergeseran tanah di Desa Cisarua ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat penting dalam upaya mitigasi dan penanganan bencana untuk meminimalisir kerugian dan dampak yang lebih besar di masa mendatang.