Pertamina Berdayakan Warga Lamalera NTT lewat Ruang Kolaborasi: Lestarikan Budaya, Majukan Ekonomi
Pertamina membangun Ruang Kolaborasi di Desa Lamalera, NTT, untuk memberdayakan warga melalui program sekolah adat, pelatihan ekonomi, dan energi terbarukan, menjaga tradisi sekaligus meningkatkan kesejahteraan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? PT Pertamina (Persero) meluncurkan program pemberdayaan masyarakat di Desa Lamalera B, Lembata, NTT, pada Rabu, 7 Mei 2023. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus melestarikan budaya lokal yang unik. Pertamina membangun Ruang Kolaborasi yang dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), sebagai pusat kegiatan pelatihan dan pendidikan. Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh keinginan Pertamina untuk memberdayakan masyarakat desa secara berkelanjutan, tanpa mengorbankan tradisi dan lingkungan.
Program ini mencakup berbagai pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat, termasuk sekolah adat yang mengajarkan tradisi, bahasa, dan sastra Lamalera. Selain itu, pelatihan juga diberikan pada pembuatan bioreeftek (terumbu karang buatan) dan penanaman bibit pohon produktif. Pertamina juga memberikan bantuan berupa solar dryer dan cold storage untuk mendukung pengembangan usaha warga.
Presiden Direktur Pertamina Foundation, Agus Mashud S. Asngari, menjelaskan bahwa tujuan program ini bukan hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat. "Tujuan kami tidak hanya menghadirkan perubahan secara bangunan fisik tetapi lebih dari itu, yakni menciptakan kemandirian masyarakat melalui penciptaan ekonomi alternatif dan pemanfaatan energi bersih tanpa merusak tradisi yang telah ada," ujar Agus.
Ruang Kolaborasi: Pusat Pelestarian Budaya dan Peningkatan Ekonomi
Ruang Kolaborasi di Desa Lamalera B, yang didukung oleh PLTS 2.200 watt peak, menjadi pusat kegiatan program sekolah adat. Kurikulum pembelajaran yang dikembangkan mencakup tradisi, syair, bahasa dan sastra Lamalera, serta gaya hidup ramah lingkungan dan energi terbarukan. Sebanyak 213 siswa dari empat sekolah di Lamalera dan sekitarnya mengikuti program ini.
Selain pembelajaran di kelas, siswa juga dilibatkan dalam praktik penanaman 6.280 bibit pohon produktif dan pembuatan 700 terumbu karang buatan. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan mendukung keberlanjutan ekonomi desa.
Corporate Secretary Pertamina, Brahmantya Satyamurti Poerwadi, berharap Ruang Kolaborasi dapat menjadi wadah untuk berkolaborasi dan menumbuhkan kreativitas warga, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian budaya Lamalera. "Lestarikan ruang ini dan jadikan sebagai ruang untuk berpikir bersama, menyatukan ide-ide kreatif serta kolaborasi sehingga mampu menumbuhkan giat ekonomi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan kelestarian budaya desa Lamalera," pesan Brahmantya.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lamalera
Untuk mendukung pengembangan ekonomi, Pertamina memberikan bantuan dua unit solar dryer dan satu unit cold storage kepada kelompok PKK Desa Lamalera. Kelompok PKK yang beranggotakan 30 orang ini juga mendapatkan pelatihan pembuatan dan manajemen usaha produk se'i ikan dan kerajinan kain perca.
Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk lokal dan membuka peluang usaha baru bagi warga Lamalera. Kepala Desa Lamalera B, Matheus Gilo Bataona, menyampaikan apresiasinya atas program Pertamina dan berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan program tersebut.
"Pertamina berkunjung dan membantu sepenuh hati dengan harapan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari apa yang diberikan, kami berkomitmen untuk mendukung sepenuhnya supaya manfaatnya dapat dirasakan terus-menerus oleh masyarakat Desa Lamalera," ungkap Matheus.
Inisiatif Pertamina ini juga mempertimbangkan tradisi unik Lamalera, yaitu tradisi Leva Nuang atau berburu paus yang telah berlangsung lebih dari 500 tahun. Tradisi ini memiliki aturan adat yang ketat, seperti larangan menangkap paus biru dan paus hamil, serta memprioritaskan paus jantan. Tetua Adat Ile Gaspar menjelaskan hubungan erat antara kehidupan di darat dan laut dalam tradisi Lamalera. "Darat dan laut keduanya saling mendukung dan saling menentukan. Penangkap ikan di laut atau lamafa, tidak boleh memiliki permasalahan di darat dalam hidup bermasyarakat. Begitu juga dengan tangkapan kami, hasilnya pertama-tama diperuntukkan bagi para janda, fakir miskin, dan para yatim piatu. Selebihnya, kami gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk kami barter dengan hasil pertanian di pasar Desa Wulandoni," jelasnya.
Program Pertamina di Lamalera merupakan contoh nyata bagaimana perusahaan dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan budaya.