Pertamina Minta Maaf atas Kematian Warga Antre LPG Bersubsidi
Pemerintah Indonesia meminta maaf atas kematian seorang warga akibat kelelahan mengantre LPG bersubsidi, dan berjanji akan mengevaluasi kebijakan penyalurannya.
![Pertamina Minta Maaf atas Kematian Warga Antre LPG Bersubsidi](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/000216.726-pertamina-minta-maaf-atas-kematian-warga-antre-lpg-bersubsidi-1.jpeg)
Kematian akibat antrean LPG bersubsidi telah mendorong pemerintah Indonesia untuk meminta maaf. Seorang warga, Yonih (62 tahun), meninggal dunia karena kelelahan setelah mengantre membeli LPG 3kg bersubsidi di Tangerang Selatan pada Senin, 3 Februari 2024. Kejadian ini menimbulkan sorotan tajam terhadap kebijakan penyaluran LPG bersubsidi yang baru diterapkan sejak 1 Februari 2024.
Kebijakan baru yang melarang pengecer menjual LPG 3kg bersubsidi telah menyebabkan antrean panjang di berbagai daerah. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki distribusi LPG bersubsidi, namun mengakui adanya dampak negatif yang tidak terduga.
Pemerintah berupaya memperbaiki kebijakan penyaluran LPG bersubsidi. Sebagai respon atas kejadian ini, pemerintah akan mengevaluasi kebijakan tersebut untuk mencegah kejadian serupa terulang. Langkah yang diambil termasuk meningkatkan status pengecer menjadi sub-stasiun, sehingga mereka dapat kembali menjual LPG 3kg bersubsidi. Hal ini dilakukan karena pemerintah menyadari peran penting pengecer dalam menjamin akses masyarakat terhadap gas bersubsidi.
Keterlibatan Pertamina dalam memperbaiki distribusi LPG bersubsidi. Lebih dari 370.000 pengecer telah terdaftar sebagai sub-stasiun resmi untuk LPG 3kg. Kementerian ESDM dan Pertamina akan bekerja sama untuk membantu pengecer lainnya mendapatkan status sub-stasiun. Tujuannya adalah untuk memastikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat terhadap LPG bersubsidi.
Kronologi kejadian yang menyebabkan kematian warga. Yonih, warga Tangerang Selatan, meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah mengantre LPG bersubsidi selama beberapa jam. Ia memulai antrean pukul 10.00 WIB dan meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Kejadian ini menjadi bukti nyata dampak negatif dari kebijakan baru tersebut.
Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan akses LPG bersubsidi. Menteri Lahadalia menekankan komitmen pemerintah untuk memastikan akses masyarakat terhadap LPG tetap mudah. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan untuk memastikan distribusi LPG bersubsidi berjalan lancar dan tidak lagi menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Kesimpulannya, kematian Yonih menjadi momentum bagi pemerintah untuk merevisi kebijakan penyaluran LPG bersubsidi. Langkah-langkah perbaikan distribusi dan peningkatan akses LPG bersubsidi tengah dilakukan pemerintah, bekerja sama dengan Pertamina, untuk menghindari terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.