Perundingan I-GCC FTA: Kemajuan Signifikan di Riyadh, Target Kesepakatan 2025
Perundingan putaran kedua I-GCC FTA di Riyadh menunjukkan kemajuan substansial dalam berbagai isu perdagangan, menargetkan kesepakatan akhir tahun 2025 dan peningkatan ekspor Indonesia.
![Perundingan I-GCC FTA: Kemajuan Signifikan di Riyadh, Target Kesepakatan 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000047.236-perundingan-i-gcc-fta-kemajuan-signifikan-di-riyadh-target-kesepakatan-2025-1.jpeg)
Jakarta, 10 Februari 2025 - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan kemajuan signifikan dalam Perundingan Putaran Kedua Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Negara Arab di Teluk (I-GCC FTA) yang baru saja berlangsung di Riyadh, Arab Saudi. Perundingan yang digelar secara hibrida pada 3-6 Februari ini menandai langkah penting menuju target kesepakatan substantif pada akhir tahun 2025.
Perkembangan Substansial Isu Perdagangan
Delegasi Indonesia, dipimpin Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kemendag, Johni Martha, menyatakan optimisme atas hasil perundingan. "Dengan mengupayakan yang terbaik pada setiap isu, perundingan I-GCC FTA diharapkan dapat mencapai kesepakatan substantif pada 2025," ujar Johni dalam keterangan pers di Jakarta. Perundingan I-GCC FTA sendiri merupakan program prioritas nasional tahun ini.
Kemajuan signifikan terlihat pada berbagai isu krusial. Pembahasan mencakup perdagangan barang, jasa, investasi, dan hambatan teknis perdagangan. Selain itu, kemajuan juga tercapai dalam ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, sanitari dan fitosanitari, kerja sama ekonomi, ekonomi Islam, serta hak kekayaan intelektual. Johni menambahkan, "Pada 16 isu lainnya, kedua pihak mencapai kemajuan signifikan, mencapai 45 persen dalam kerangka I-GCC FTA."
Potensi Peningkatan Ekspor Indonesia
Gulf Cooperation Council (GCC), yang meliputi Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman, merupakan pasar potensial bagi Indonesia. UAE dan Arab Saudi menjadi mitra dagang utama Indonesia di kawasan tersebut. Analisis Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) memperlihatkan potensi peningkatan ekspor Indonesia yang signifikan jika I-GCC FTA terwujud. Sektor peralatan elektronik diperkirakan meningkat 33,86 persen, kulit 29,3 persen, produk logam 28 persen, dan sektor manufaktur lainnya 27,7 persen.
Langkah Selanjutnya Menuju Kesepakatan
Perundingan putaran ketiga akan berlangsung di Indonesia pada semester kedua 2025. Target utama adalah penyelesaian pemetaan penawaran awal (initial offer) dan perhitungannya. "Tujuannya, agar dapat melihat dan memperhitungkan secara keseluruhan keuntungan yang dapat diperoleh dan dimanfaatkan Indonesia dalam memaksimalkan pembebasan bea masuk di negara-negara Kawasan Teluk," jelas Johni. Perundingan I-GCC FTA sendiri diluncurkan pada 31 Juli 2024, dengan putaran pertama berlangsung di Jakarta pada 9-13 September 2024.
Data Perdagangan Indonesia-GCC
Pada 2023, total perdagangan Indonesia dan GCC mencapai US$15,7 miliar. Ekspor Indonesia mencapai US$6,1 miliar, sementara impor mencapai US$9,6 miliar. Komoditas ekspor andalan nonmigas meliputi mobil dan kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, perhiasan, kapal suar, kertas, dan karton. Sementara itu, impor utama nonmigas meliputi produk setengah jadi dari besi atau baja, alkohol asiklik, belerang, polimer dari etilena, dan aluminium tidak ditempa.
Kesimpulan
Perundingan I-GCC FTA menunjukkan progres positif, menjanjikan peningkatan akses pasar dan peluang ekonomi bagi Indonesia. Dengan target penyelesaian pada 2025, kesepakatan ini berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan diversifikasi ekspor Indonesia ke kawasan Timur Tengah.