Petani Kudus Bertekad Jadi Penghasil Mangga Terbesar di Jateng
Kelompok Tani Wonorejo di Kudus menargetkan menjadi penghasil mangga terbesar di Jawa Tengah setelah panen mangga mereka meningkat drastis berkat program hutan kemasyarakatan dan bantuan bibit dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation.
![Petani Kudus Bertekad Jadi Penghasil Mangga Terbesar di Jateng](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220149.525-petani-kudus-bertekad-jadi-penghasil-mangga-terbesar-di-jateng-1.jpg)
Kudus, Jawa Tengah - Kelompok Tani Wonorejo di Desa Gondoharum, Kabupaten Kudus, berambisi besar: menjadi penghasil mangga terbesar di Jawa Tengah. Ambisi ini bukan tanpa alasan. Setelah mengikuti program hutan kemasyarakatan dan menanam ribuan pohon mangga di Bukit Patiayam, panen mereka meningkat signifikan.
Sukses Program Hutan Kemasyarakatan
Ketua Kelompok Tani Wonorejo, Mashuri, mengungkapkan bahwa tahun lalu panen mangga mencapai 30 ton. Tahun ini, mereka memprediksi panen akan meningkat setidaknya dua kali lipat, mencapai 60 ton. "Kalau 300 hektare lahan mangga sudah berbuah semua, kita bisa jadi yang terbesar di Jawa Tengah," ujarnya optimis.
Program hutan kemasyarakatan yang diikuti Kelompok Tani Wonorejo dimulai sejak tahun 2017. Pada tahun 2020, mereka mendapat bantuan bibit mangga dari Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF). Dari 25.000 pohon yang ditanam di lahan seluas 250 hektare, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.
Mangga Unggul di Bukit Patiayam
Dari berbagai jenis bibit yang diterima, termasuk alpukat, nangka, durian, dan petai, mangga menunjukkan perkembangan paling baik dengan tingkat hidup mencapai 97 persen. Bandingkan dengan durian yang hanya memiliki tingkat hidup 20 persen. Hal ini menunjukkan kecocokan mangga dengan kondisi tanah dan iklim di Bukit Patiayam.
"Petani sangat bersemangat menanam mangga karena perawatannya lebih murah daripada jagung, tanaman favorit sebelumnya," tambah Mashuri. Panen pertama yang menghasilkan pendapatan Rp210 juta lebih (dengan harga Rp7.000 per kilogram) telah mendorong petani lain untuk beralih ke budidaya mangga.
Lebih dari Sekadar Mangga
Keberhasilan budidaya mangga ini tak hanya meningkatkan pendapatan petani. Hijau kembali Bukit Patiayam juga membawa dampak positif bagi lingkungan. Suasana menjadi lebih sejuk, sering muncul kabut, dan debit air enam mata air di sekitar hutan menjadi stabil. "Sekarang masyarakat desa sudah tidak lagi kesulitan air," kata Mashuri dengan bangga.
Ruhiyat, Kepala Seksi Wilayah I dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Sosial, memuji keberhasilan Kelompok Tani Wonorejo. Menurutnya, kelompok ini berhasil menghijaukan bukit dan meningkatkan kesejahteraan petani. Sekitar 50 persen kawasan hutan yang dulunya gundul kini sudah menghijau, menjaga keberadaan mata air.
Keberlanjutan dan Pengembangan
Ruhiyat menjelaskan tiga aspek penting dalam program perhutanan masyarakat: pengelolaan kawasan, pengelolaan kelembagaan, dan pengelolaan usaha. Program ini tidak hanya fokus pada kelestarian lingkungan, tetapi juga pada peningkatan kualitas kelembagaan petani dan kesejahteraan mereka.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada BLDF atas dukungannya sejak tahun 2020. Bantuan bibit dan pendampingan telah membantu Kelompok Tani Wonorejo merawat pohon yang ditanam. Mashuri juga bermimpi menjadikan Bukit Patiayam sebagai kawasan wisata agroforestri, di mana wisatawan dapat ikut serta dalam panen hasil hutan.
Kesimpulan
Keberhasilan Kelompok Tani Wonorejo menunjukkan potensi besar program hutan kemasyarakatan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan melestarikan lingkungan. Dengan target menjadi penghasil mangga terbesar di Jawa Tengah, mereka membuktikan bahwa pertanian berkelanjutan dapat memberikan dampak positif yang signifikan.