Petugas Damkar Palangka Raya Nyaris Jadi Korban Amukan ODGJ
Petugas Damkar Palangka Raya berhasil menghindari amukan seorang ODGJ yang mengamuk di sebuah kafe pada Minggu malam, 2 Februari 2024, dan menyerahkannya ke pihak berwajib untuk perawatan.
Minggu malam, 2 Februari 2024, petugas pemadam kebakaran (Damkar) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, hampir menjadi korban amukan seorang pria diduga Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Jalan Seth Adji. Kejadian ini bermula dari laporan warga tentang seorang pria yang mengamuk di sebuah kafe.
Kronologi Kejadian
Ketua Koordinator Call Center 112 Palangka Raya, Sucipto, menjelaskan bahwa setelah menerima laporan, tim Damkar langsung menuju lokasi. Mereka berupaya menenangkan pria tersebut dengan pendekatan persuasif. Namun, upaya ini gagal. Pria tersebut, berinisial HM (39), malah menyerang petugas Damkar dengan tangan kosong.
Beruntung, petugas Damkar memiliki refleks yang cepat sehingga berhasil menghindari serangan. Demi keselamatan petugas dan warga sekitar, pihak Damkar terpaksa melumpuhkan HM dengan mengikat tangannya sebelum membawanya ke mobil.
Proses Penanganan ODGJ
Setelah berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kota Palangka Raya, HM dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kalawa Atei untuk mendapatkan perawatan medis. Identitas HM ditemukan di barang bawaannya; ia terdaftar sebagai warga Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Namun, karena HM sulit berkomunikasi dan agresif, petugas kesulitan mengidentifikasi keluarganya.
Sucipto menambahkan bahwa pihak Damkar akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menentukan langkah selanjutnya setelah HM mendapatkan perawatan di RSJ. Belum ada kejelasan mengenai kepulangan HM ke daerah asalnya karena belum teridentifikasi keluarganya di Jambi.
Kesimpulan
Insiden ini menyoroti pentingnya penanganan kasus ODGJ yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Kerja sama antara petugas Damkar, Dinas Sosial, dan instansi terkait sangat krusial dalam memastikan keselamatan baik petugas maupun ODGJ itu sendiri. Kejadian ini juga menjadi pengingat akan perlunya peningkatan sistem deteksi dini dan layanan kesehatan mental bagi ODGJ.