ODGJ di Sragen Mengamuk, Dua Polisi Terluka
Seorang ODGJ di Sragen mengamuk dan melukai dua polisi dengan samurai; pelaku telah diamankan dan dirawat di RSJD Surakarta.

Seorang Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Dukuh Pondok, Desa Kedungupit, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mengamuk dan melukai dua polisi pada Senin, 17 Februari 2024. Kejadian ini menyita perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan seputar penanganan ODGJ di Indonesia.
Kronologi Kejadian
Peristiwa bermula ketika seorang perangkat desa melaporkan adanya warga yang mengamuk sambil membawa samurai kepada pihak kepolisian. Polisi yang datang ke lokasi berupaya melakukan negosiasi, namun ODGJ tersebut semakin agresif dan mengunci diri di dalam rumah. Petugas piket dari Polsek Sragen Kota pun dikerahkan untuk memperkuat tim evakuasi.
Setelah berhasil membujuk ODGJ untuk membuka pintu, petugas berupaya mengamankan samurai yang dipegangnya. Namun, ODGJ tersebut tiba-tiba mengayunkan samurai, melukai dua anggota kepolisian. Aiptu Widyatmoko, anggota SPK 3 Polsek Sragen Kota, mengalami luka robek pada ibu jari kanan, retak tulang, dan luka sepanjang tiga sentimeter. Sementara itu, Serma Eko Siswato mengalami luka robek di sela ibu jari dan telunjuk kiri yang membutuhkan dua jahitan.
Riwayat Perawatan ODGJ
Kapolsek Sragen Kota, AKP Ari Pujiantoro, menjelaskan bahwa ODGJ tersebut sebenarnya pernah dirawat di RSJD Surakarta. Namun, setelah dianggap sembuh, ia dibawa pulang oleh keluarganya. "Sebulan yang lalu dirawat di rumah sakit, terus dianggap sudah membaik terus dibawa pulang dan ngamuk lagi," ujar AKP Ari Pujiantoro.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan tentang sistem perawatan dan pengawasan ODGJ setelah mereka keluar dari rumah sakit jiwa. Apakah sistem tersebut sudah optimal dalam mencegah kejadian serupa di masa mendatang? Perlu evaluasi menyeluruh untuk memastikan keselamatan baik bagi ODGJ maupun masyarakat sekitar.
Penanganan Pasca Kejadian
Setelah kejadian, ODGJ tersebut langsung diamankan dan dibawa kembali ke RSJD Surakarta untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Polisi juga tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kronologi kejadian dan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya perhatian dan penanganan yang komprehensif terhadap ODGJ. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak keluarga, tenaga medis, dan aparat penegak hukum untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan baik ODGJ maupun masyarakat.
Dampak dan Refleksi
Peristiwa ini tentu saja menimbulkan trauma bagi para korban dan keluarga mereka. Selain itu, kejadian ini juga menjadi sorotan atas pentingnya sistem pendukung yang komprehensif bagi ODGJ, termasuk akses perawatan kesehatan mental yang memadai dan dukungan sosial yang berkelanjutan. Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami dan mendukung individu dengan gangguan jiwa.
Kejadian ini juga menyoroti perlunya pelatihan khusus bagi petugas keamanan dalam menangani individu dengan gangguan jiwa yang sedang mengalami krisis. Pelatihan tersebut harus mencakup teknik negosiasi, de-eskalasi, dan penggunaan kekuatan yang proporsional. Dengan demikian, diharapkan dapat meminimalisir risiko cedera baik bagi petugas maupun individu dengan gangguan jiwa tersebut.
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperbaiki sistem penanganan ODGJ agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Perhatian dan kepedulian kita semua sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua anggota masyarakat, termasuk mereka yang memiliki gangguan jiwa.