Polda Aceh Gelar Simulasi Pengamanan Aksi Unjuk Rasa: Antisipasi Gangguan Keamanan
Ratusan personel Polda Aceh mengikuti simulasi pengamanan aksi unjuk rasa untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, termasuk skenario aksi anarkis.

Banda Aceh, 29 April 2024 - Ratusan personel Polda Aceh dari berbagai satuan mengikuti simulasi sistem pengamanan untuk menghadapi potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Simulasi yang digelar di Lapangan Mapolda Aceh, Banda Aceh, Selasa (29/4), melibatkan 665 personel dan disaksikan langsung oleh Kapolda Aceh, Irjen Pol Achmad Kartiko, serta para pejabat utama Polda Aceh. Simulasi ini mengambil latar asumsi di Gedung DPR Aceh, menggambarkan dinamika rutinitas masyarakat hingga eskalasi aksi unjuk rasa yang berpotensi anarkis.
Simulasi ini dirancang untuk menguji kesiapan personel dalam menghadapi berbagai skenario, mulai dari unjuk rasa damai hingga anarkis. Polda Aceh menurunkan pasukan pengendali massa, pasukan antihuru-hara, dan Den 45 Antianarkis untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan. Skenario meliputi aksi massa yang berujung anarkis, dengan pembakaran dan penyerangan petugas. Dalam simulasi, terlihat penggunaan kendaraan taktis armoured water cannon (AWC), gas air mata, dan peluru hampa untuk mengurai massa.
Meskipun simulasi menggambarkan situasi yang menantang, personel Polda Aceh mampu mengatasi massa anarkis dengan tindakan tegas dan terukur. Simulasi juga melibatkan tim K-9 Direktorat Samapta untuk mendeteksi bahan peledak dan narkoba, serta tim penjinak bom untuk menangani bahan peledak. Seluruh rangkaian simulasi dirancang secara profesional dan terencana, mencerminkan berbagai eskalasi unjuk rasa dari damai hingga anarkis, menyerupai situasi nyata di lapangan.
Kesiap-siagaan Personel Polda Aceh dalam Menghadapi Kontijensi Keamanan
Sebelum simulasi utama, Polda Aceh menggelar tactical floor game (TFG) untuk menyamakan persepsi dan memberikan gambaran situasional kepada personel yang terlibat. Hal ini bertujuan untuk memastikan setiap personel memahami peran dan tugasnya dalam menghadapi berbagai skenario kontijensi.
Kapolda Aceh, Irjen Pol Achmad Kartiko, menjelaskan bahwa simulasi ini bertujuan mengukur dan memastikan kesiapsiagaan seluruh personel dalam menghadapi berbagai situasi kontijensi, khususnya pengamanan aksi unjuk rasa. "Kegiatan ini bukan sekadar peragaan, melainkan latihan untuk menghadapi situasi nyata ke depan," ujar Irjen Pol Achmad Kartiko. Ia mencontohkan beberapa agenda penting yang akan datang, seperti peringatan Hari Buruh Internasional dan Hari Kebangkitan Nasional.
Irjen Pol Achmad Kartiko menekankan tugas utama Polri dalam mengamankan unjuk rasa, yaitu mengamankan jalannya unjuk rasa, melindungi masyarakat, pengunjuk rasa itu sendiri, serta objek yang menjadi sasaran aksi. Kapolda Aceh berharap metode simulasi ini dapat menjadi contoh bagi seluruh jajaran dalam mengamankan unjuk rasa di masa mendatang.
Ia juga mengingatkan pentingnya soliditas internal dan sinergi dengan instansi lain agar proses pengamanan dapat berjalan aman dan lancar. "Polri sebagai alat negara harus benar-benar menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat," tegas Irjen Pol Achmad Kartiko.
Pentingnya Simulasi dalam Pengamanan Aksi Unjuk Rasa
Simulasi ini menjadi bukti komitmen Polda Aceh dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dengan mempersiapkan diri menghadapi berbagai skenario, termasuk aksi unjuk rasa yang berpotensi anarkis, Polda Aceh menunjukkan kesiapannya dalam menjaga stabilitas keamanan di Aceh. Penggunaan berbagai peralatan dan taktik dalam simulasi menunjukkan keseriusan Polda Aceh dalam menghadapi tantangan keamanan yang kompleks.
Simulasi ini juga menunjukkan pentingnya pelatihan dan kesiapan personel dalam menghadapi situasi yang dinamis. Dengan latihan yang terencana dan profesional, personel Polda Aceh dapat merespon berbagai situasi dengan terukur dan efektif. Hal ini penting untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta melindungi hak-hak asasi manusia.
Keberhasilan simulasi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi daerah lain dalam mempersiapkan diri menghadapi potensi gangguan keamanan. Dengan simulasi yang komprehensif, diharapkan dapat meminimalisir potensi kerugian dan menjaga keamanan masyarakat secara optimal. Pentingnya kolaborasi antar instansi juga ditekankan untuk memastikan keamanan dan ketertiban berjalan lancar.
Simulasi ini juga menyoroti pentingnya pemahaman hukum dan prosedur dalam penanganan aksi unjuk rasa. Semua personel harus memedomani aturan perundang-undangan serta standar proses pengamanan untuk memastikan tindakan yang diambil sesuai dengan hukum yang berlaku dan menghormati hak asasi manusia.
Dengan demikian, simulasi ini bukan hanya sekadar latihan, tetapi juga pembelajaran berharga bagi seluruh personel Polda Aceh dalam menghadapi tantangan keamanan di masa depan.