Polrestabes Medan Gagalkan Peredaran 46 Kg Ganja, Lima Tersangka Ditangkap
Polrestabes Medan berhasil menggagalkan peredaran 46 kilogram ganja kering di Medan dan menangkap lima tersangka, dua di antaranya mahasiswa, yang diduga terhubung dengan jaringan pengedaran dari Aceh.

Polrestabes Medan berhasil mengungkap kasus peredaran narkoba jenis ganja kering dalam jumlah besar. Sebanyak 46 kilogram ganja kering berhasil diamankan, dan lima orang tersangka ditangkap. Pengungkapan ini menunjukkan keseriusan pihak kepolisian dalam memberantas peredaran narkoba di wilayah Kota Medan, Sumatera Utara.
Wakasat Narkoba Polrestabes Medan, AKP Arham Gusdiar, menjelaskan penangkapan tersebut. Ia menyebutkan kelima tersangka masing-masing berinisial MA (21), R (18), SZAP (21), PYA (26), dan MI (23). Menariknya, dua dari tersangka, MA dan R, berstatus mahasiswa di Medan. Pengungkapan kasus ini menjadi bukti bahwa peredaran narkoba bisa melibatkan siapa saja, termasuk kalangan mahasiswa.
Penangkapan para tersangka dilakukan di dua lokasi berbeda. Empat tersangka, MA, R, SZAP, dan PYA, ditangkap di sebuah kamar kos di Jalan Setia Jadi, Medan Timur, pada Jumat, 10 Januari 2024. Di lokasi tersebut, polisi berhasil menyita barang bukti ganja kering seberat 46 kilogram. Tersangka MI ditangkap sehari kemudian, Sabtu, 11 Januari 2024, di Jalan Tangkul II, Medan Tembung, sebagai hasil pengembangan penyelidikan.
Dari hasil interogasi, terungkap bahwa ganja tersebut berasal dari Aceh. MI memesan 20 kilogram ganja kepada MA dengan memberikan uang muka Rp16 juta. MA dan R mengaku membeli ganja tersebut dari seseorang berinisial B di Kota Suka Makmue, Nagan Raya, Aceh. SZAP dan PYA berperan sebagai pengawal selama pengangkutan ganja untuk mengantisipasi razia.
Lebih lanjut, terungkap bahwa MI sebenarnya hanya perantara. MI mendapatkan pesanan ganja dari seseorang berinisial Z yang masih dalam pengejaran pihak kepolisian. Jadi, rantai peredarannya dimulai dari B di Aceh, kemudian ke MA dan R, lalu ke MI, dan terakhir akan sampai ke Z. Ini menunjukkan adanya jaringan yang cukup rapi.
Modus operandi yang digunakan para tersangka cukup terstruktur. Peran masing-masing tersangka dibagi secara jelas, mulai dari pembelian, pengangkutan, hingga proses penjualan. Hal ini menunjukkan adanya perencanaan dan koordinasi yang matang dalam menjalankan aksi kejahatan ini. Keberhasilan polisi mengungkap hal ini patut diapresiasi.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 114 ayat (2) Subs Pasal 111 ayat (2) Jo Pasal 132 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Ancaman hukuman yang menanti mereka adalah penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Kasus ini menjadi peringatan keras bagi siapapun yang terlibat dalam peredaran narkoba.