Prabowo Sentil Oknum Birokrat yang Menentang Efisiensi Anggaran
Presiden Prabowo Subianto mengkritik oknum birokrat yang melawan kebijakan efisiensi anggaran dan merasa kebal hukum, menantang mereka untuk berhadapan langsung dengan rakyat.
![Prabowo Sentil Oknum Birokrat yang Menentang Efisiensi Anggaran](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000150.715-prabowo-sentil-oknum-birokrat-yang-menentang-efisiensi-anggaran-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Presiden RI Prabowo Subianto secara tegas menyoroti adanya oknum-oknum yang menolak kebijakan efisiensi anggaran pemerintahan dan bahkan merasa kebal hukum. Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat membuka Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo tidak hanya mengkritik, tetapi juga menantang para oknum tersebut. "Kau boleh melawan Prabowo, tetapi nanti kau lawan emak-emak itu semua itu. Bandel, dablek!" tegas Prabowo, seperti terpantau dalam siaran langsung di akun YouTube Sekretariat Presiden. Pernyataan lugas ini disampaikan langsung di hadapan para Muslimat NU, yang mayoritas merupakan ibu-ibu rumah tangga.
Efisiensi Anggaran dan Tantangan Birokrasi
Presiden Prabowo menjelaskan bahwa kebijakan efisiensi anggaran di berbagai kementerian dan lembaga bertujuan untuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu dan berpotensi menjadi sarang korupsi. Langkah ini, menurutnya, penting untuk memastikan dana negara digunakan secara efektif dan tepat sasaran demi kemakmuran rakyat.
Namun, kenyataannya, beberapa pihak justru menentang kebijakan ini. "Ada, yang melawan saya, ada. Dalam birokrasi merasa sudah kebal hukum, merasa sudah menjadi raja kecil, ada," ungkap Prabowo. Ia menyayangkan sikap tersebut, mengingat kebijakan efisiensi ini bertujuan untuk kepentingan rakyat banyak.
Kebijakan Efisiensi: Tepat Sasaran atau Sia-sia?
Prabowo berpendapat bahwa program-program yang terdampak efisiensi seringkali bersifat seremonial dan hanya memenuhi persyaratan administratif di atas kertas. Ia mencontohkan beberapa kegiatan yang menurutnya tidak perlu dilakukan, seperti forum group discussion (FGD) yang berulang dan studi banding ke negara maju seperti Australia untuk mempelajari pengentasan kemiskinan. "Cukup kajian-kajian, cukup. Apa itu FGD? forum group discussion, forum group discussion, mau diskusi apa lagi? Itu tuh mengentaskan kemiskinan absolut. Bantu rakyat, yang lapar carikan makan, sekolahnya rusak? perbaiki, jalan yang rusak? perbaiki. Diskusi, diskusi. Studi banding, studi banding, mau belajar bagaimana mengentaskan kemiskinan studi bandingnya ke Australia. Australia salah satu 10 negara terkaya di dunia, kok belajar ke Australia?" ujar Prabowo.
Presiden menekankan bahwa anggaran yang diefisiensikan akan dialokasikan untuk program-program yang lebih penting dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, seperti perbaikan infrastruktur, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, kebijakan efisiensi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Kesimpulan
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto ini menyoroti pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Tantangannya kini terletak pada bagaimana pemerintah dapat memastikan bahwa kebijakan efisiensi dijalankan secara efektif dan adil, serta bagaimana mengatasi resistensi dari oknum-oknum yang merasa kebal hukum. Keberhasilan implementasi kebijakan ini akan sangat menentukan keberhasilan program-program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.