Produksi Hortikultura Kalbar Tembus 613 Ribu Ton, Petani Andalkan Pupuk Campuran
Produksi hortikultura Kalimantan Barat mencapai 613.604 ton di tahun 2024, didominasi buah-buahan, meski masih hadapi tantangan terkait pendataan dan penggunaan pupuk.

Produksi hortikultura di Kalimantan Barat (Kalbar) pada tahun 2024 mencapai angka yang signifikan, yaitu 613.604 ton. Pencapaian ini mencakup berbagai komoditas, termasuk buah-buahan (542.463 ton), sayuran (58.927 ton), dan tanaman biofarmaka (sekitar 215.000 ton). Capaian ini didominasi oleh hasil kerja keras petani Kalbar, meskipun terdapat kendala dalam pendataan dan keterbatasan anggaran pemerintah daerah dalam mendukung program hortikultura.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kalbar, Bader Sasmara, memaparkan keberhasilan ini di Pontianak, Selasa (29/4). Ia menjelaskan bahwa mayoritas produksi hortikultura Kalbar berasal dari inisiatif mandiri para petani. Hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran dan efisiensi kegiatan yang membuat peran dinas dalam pelaksanaan program masih sangat terbatas.
Meskipun demikian, capaian produksi ini patut diapresiasi. Luas lahan panen hortikultura mencapai 39.330 hektare, meskipun mengalami penurunan 3,51 persen dibandingkan tahun 2023. Penurunan ini diduga disebabkan oleh faktor cuaca dan kendala dalam pendataan lapangan akibat jarak antar desa yang jauh dan tantangan transportasi.
Tantangan dan Peluang Pertanian Hortikultura Kalbar
Salah satu tantangan utama yang dihadapi petani Kalbar adalah ketersediaan pupuk. Meskipun sebagian besar petani telah beralih ke teknik pengolahan lahan tanpa pembakaran, sesuai regulasi yang berlaku, penggunaan pupuk masih didominasi oleh pupuk campuran organik dan kimia. Petani mengaku pertumbuhan tanaman lebih cepat dengan penambahan unsur kimia.
"Petani kita rata-rata masih menggunakan pupuk campuran, yaitu organik yang dicampur dengan kimia. Mereka mengaku hasil pertumbuhan tanaman lebih cepat jika menggunakan unsur kimia," ungkap Bader Sasmara.
Meskipun demikian, kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara berlebihan mulai meningkat. Bader Sasmara menambahkan bahwa beberapa petani masih menggunakan abu sisa pembakaran untuk menyuburkan tanah, namun bukan sebagai sumber utama. Ia juga menekankan pentingnya beralih ke pupuk organik untuk keberlanjutan pertanian.
"Memang hasil dari pupuk kimia terlihat cepat, tapi dampaknya bisa membuat tanah menjadi kurang subur bahkan gersang. Dari sisi kesehatan dan keberlanjutan, organik jauh lebih baik," tegasnya.
Upaya Peningkatan dan Kesadaran Petani
Saat ini, DTPH Kalbar tengah melakukan pendataan jumlah petani hortikultura, termasuk yang telah menerapkan prinsip pertanian ramah lingkungan. Data ini penting untuk perencanaan program dan dukungan pemerintah ke depannya. Pemerintah daerah berharap kesadaran petani untuk beralih ke sistem pertanian berkelanjutan terus meningkat.
Peralihan ke pertanian berkelanjutan tidak hanya penting untuk menjaga kesuburan lahan, tetapi juga untuk menjaga ekosistem pertanian di Kalbar. Dengan demikian, produksi hortikultura yang berkelanjutan dapat terus terjaga dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Tantangan dalam pendataan dan keterbatasan anggaran menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah. Dukungan yang lebih optimal dibutuhkan untuk membantu petani dalam mengakses teknologi dan informasi pertanian modern, serta memastikan keberlanjutan produksi hortikultura di Kalbar.
Ke depan, peningkatan kesadaran petani terhadap pentingnya pertanian berkelanjutan dan dukungan penuh dari pemerintah daerah akan menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan produksi hortikultura di Kalimantan Barat. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian daerah dan kesejahteraan petani.