Produksi Padi NTB Turun 5,53 Persen di 2024: Tantangan bagi Ketahanan Pangan
Penurunan produksi padi di NTB sebesar 5,53 persen pada 2024 disebabkan oleh berkurangnya luas panen, menimbulkan kekhawatiran terhadap ketahanan pangan dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
![Produksi Padi NTB Turun 5,53 Persen di 2024: Tantangan bagi Ketahanan Pangan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220142.481-produksi-padi-ntb-turun-553-persen-di-2024-tantangan-bagi-ketahanan-pangan-1.jpg)
Mataram, 5 Februari 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan penurunan produksi padi yang signifikan pada tahun 2024. Data menunjukkan penurunan sebesar 5,53 persen, dari 1,54 juta ton pada tahun 2023 menjadi 1,45 juta ton gabah kering giling di tahun 2024. Angka ini menjadi perhatian serius mengingat sektor pertanian merupakan pilar utama perekonomian NTB.
Penyebab Penurunan Produksi Padi
Kepala BPS NTB, Wahyudin, menjelaskan bahwa penurunan produksi ini utamanya disebabkan oleh berkurangnya luas lahan panen. Luas panen padi di NTB menyusut 2,60 persen atau sekitar 7.000 hektare, dari 287 ribu hektare pada tahun 2023 menjadi 280 ribu hektare di tahun 2024. Penurunan ini menjadi faktor kunci yang mempengaruhi jumlah total produksi padi.
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah NTB, Wirajaya Kusuma, menambahkan bahwa pemerintah pusat menetapkan target luas lahan padi untuk NTB sebesar 434 ribu hektare. Namun, realitanya, target tersebut masih jauh dari tercapai, dengan luas panen yang hanya mencapai 283 ribu hektare. Artinya, masih dibutuhkan tambahan 151 ribu hektare lahan padi untuk mencapai target nasional.
Dampak dan Tantangan ke Depan
Penurunan produksi padi ini berdampak signifikan terhadap perekonomian NTB. Sektor pertanian selama ini berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB, mencapai 20 persen. Kelemahan sektor pertanian berpotensi mengganggu ketahanan pangan, mengingat NTB merupakan salah satu produsen pangan utama di wilayah timur Indonesia. Kondisi geografis NTB yang mendukung pertanian, dengan banyak bendungan dan sumber mata air, seharusnya mampu menopang produksi yang lebih tinggi.
Wirajaya menekankan perlunya perhatian serius terhadap masalah ini. "Ini perlu menjadi pekerjaan rumah dan perlu menjadi masukan bagi tim transisi gubernur terpilih. Sektor pertanian punya andil yang besar terhadap produk PDRB Nusa Tenggara Barat, kalau pertanian lemah bisa berbahaya," tegas Wirajaya. Tantangan ini membutuhkan strategi dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas pertanian di NTB.
Langkah-langkah Strategis yang Diperlukan
Pemerintah Provinsi NTB menyatakan akan segera menelaah dan mencermati data penurunan produksi padi ini. Langkah-langkah strategis perlu segera diambil untuk mengatasi masalah ini, termasuk mengevaluasi program-program pertanian yang telah berjalan dan merumuskan strategi baru untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini juga termasuk mencari solusi untuk menambah luas lahan pertanian dan meningkatkan efisiensi irigasi serta penggunaan teknologi pertanian modern.
Selain itu, perlu adanya peningkatan kerjasama antara pemerintah, petani, dan lembaga terkait untuk memastikan keberhasilan program-program pertanian. Peningkatan akses petani terhadap informasi, teknologi, dan pembiayaan juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Dengan demikian, ketahanan pangan NTB dapat tetap terjaga dan sektor pertanian tetap menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Kesimpulannya, penurunan produksi padi di NTB merupakan isu serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari berbagai pihak. Pemerintah, petani, dan seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan ketahanan pangan NTB tetap terjaga di masa mendatang.