Pertanian Topang Ekonomi NTB di Tengah Kontraksi Triwulan I 2025
Sektor pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, mencapai 2,09 persen, di tengah kontraksi ekonomi pada triwulan I 2025.

Mataram, 6 Mei 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2025, di tengah kontraksi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi NTB secara tahunan (yoy) terkontraksi sebesar 1,47 persen, namun sektor pertanian berhasil memberikan kontribusi positif sebesar 2,09 persen. Hal ini menunjukkan ketahanan dan pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian daerah.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, menjelaskan bahwa andil sektor pertanian mengungguli sektor perdagangan dan pertambangan. "Andil sektor pertanian sebesar 2,09 persen dari total pertumbuhan ekonomi yang minus 1,47 persen," ujarnya dalam pernyataan di Mataram, Selasa. Kontraksi ekonomi tersebut terutama disebabkan oleh minimnya ekspor tambang pada periode tersebut.
Kondisi ini menunjukkan betapa vitalnya peran sektor pertanian dalam menjaga stabilitas ekonomi NTB. Meskipun sektor lain mengalami penurunan, pertanian tetap menunjukkan kinerja positif dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi.
Sektor Pertanian: Pilar Pertumbuhan Ekonomi NTB
Lapangan usaha pertambangan dan penggalian menjadi sektor yang mengalami kontraksi terdalam, mencapai minus 6,10 persen, diikuti oleh sektor konstruksi dengan minus 0,16 persen. Berbeda dengan sektor-sektor tersebut, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi positif sebesar 2,09 persen terhadap pertumbuhan ekonomi NTB. Selain pertanian, sektor perdagangan memberikan andil 0,73 persen, dan sektor lainnya 1,97 persen.
Data BPS juga menunjukkan bahwa sektor pertanian berkontribusi sebesar 23,24 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB, dengan laju pertumbuhan tahunan mencapai 10,28 persen. Ini jauh berbeda dengan sektor pertambangan yang hanya berkontribusi 16 persen terhadap PDRB, namun mengalami pertumbuhan negatif hingga minus 30,14 persen. Sektor perdagangan memberikan kontribusi 14,76 persen terhadap PDRB dengan laju pertumbuhan 5,24 persen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Taufieq Hidayat, menekankan pentingnya sektor pertanian sebagai penopang ekonomi daerah. Menurutnya, pertanian yang berbasis potensi lokal memberikan kemandirian fiskal dan mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan yang sifatnya terbatas. "Tambang itu sifatnya deposit. Kalau deposit habis kita mau apa? sehingga pertanian satu-satunya sektor yang berkelanjutan," tegas Taufieq.
Ketahanan Ekonomi NTB melalui Diversifikasi Pertanian
Pertanian di NTB terbukti menjadi sektor yang tangguh dan mampu bertahan di tengah tantangan ekonomi. Keberhasilan ini menunjukkan pentingnya diversifikasi ekonomi dan pengembangan sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian daerah. Dengan mengandalkan potensi lokal, NTB mampu menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Pemerintah NTB perlu terus mendukung pengembangan sektor pertanian dengan berbagai program dan kebijakan yang tepat sasaran. Hal ini mencakup peningkatan produktivitas, pengembangan infrastruktur pertanian, serta akses pasar yang lebih luas bagi para petani. Dengan demikian, sektor pertanian dapat terus menjadi penopang utama perekonomian NTB di masa mendatang.
Ke depan, pengembangan teknologi pertanian modern juga perlu diprioritaskan. Hal ini akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, serta meningkatkan daya saing produk pertanian NTB di pasar nasional maupun internasional. Dengan langkah-langkah strategis tersebut, sektor pertanian dapat terus menjadi andalan perekonomian NTB.
Kesimpulannya, sektor pertanian terbukti menjadi kunci ketahanan ekonomi NTB di tengah fluktuasi sektor lain. Pengembangan sektor ini secara berkelanjutan menjadi strategi penting untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah yang stabil.