Pertumbuhan Ekonomi NTT Capai 4,55 Persen di Triwulan I-2025
Ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT) tumbuh positif 4,55 persen secara tahunan pada triwulan I-2025, didorong sektor perdagangan dan konsumsi rumah tangga, meskipun ada kontraksi pada sektor konstruksi dan pengeluaran pemerintah.

Kupang, NTT, 05/05/2025 (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan kabar baik mengenai pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pada triwulan pertama tahun 2025, perekonomian NTT tercatat tumbuh sebesar 4,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan signifikan dari Rp18,50 triliun pada triwulan I-2024 menjadi Rp19,34 triliun pada triwulan I-2025, berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010. PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2025 mencapai Rp34,34 triliun.
Pertumbuhan positif ini terutama ditopang oleh kinerja sektor perdagangan. Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira B Kale, menjelaskan bahwa peningkatan signifikan terjadi pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, yang mencapai 11,91 persen. "Peningkatan pada perdagangan barang pangan terjadi seiring mulainya program Makanan Bergizi (MBG)," ungkap Matamira.
Dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan peningkatan sebesar 3,42 persen. Namun, perlu dicatat bahwa jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter/q-to-q), ekonomi NTT mengalami kontraksi sebesar 4,66 persen pada triwulan I-2025.
Sektor Penopang dan Penarik Pertumbuhan Ekonomi NTT
Pertumbuhan ekonomi NTT yang mencapai 4,55 persen (yoy) pada triwulan I-2025 didorong oleh beberapa sektor utama. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menjadi penyumbang terbesar dengan pertumbuhan 11,91 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi di sektor ritel dan perdagangan, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk program Makanan Bergizi (MBG) yang mendorong peningkatan konsumsi barang pangan.
Selain sektor perdagangan, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh peningkatan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 3,42 persen. Hal ini menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi domestik. Kenaikan ini mengindikasikan optimisme ekonomi di tengah masyarakat NTT.
Meskipun terdapat pertumbuhan positif secara tahunan, perlu diperhatikan adanya kontraksi ekonomi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan dinamika ekonomi yang perlu dipantau secara berkelanjutan.
Sektor yang Mengalami Kontraksi
Di sisi lain, beberapa sektor mengalami kontraksi pada triwulan I-2025. Sektor konstruksi mencatatkan penurunan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 23,21 persen. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perlambatan investasi atau proyek infrastruktur. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyebab pasti dari kontraksi ini.
Selain sektor konstruksi, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) juga mengalami kontraksi terdalam, mencapai 52,76 persen. Penurunan ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk mengevaluasi program dan kebijakan pengeluaran pemerintah agar lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meskipun terdapat kontraksi di beberapa sektor, struktur ekonomi NTT masih didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 28,83 persen pada triwulan I-2025. Sedangkan dari sisi pengeluaran, PK-RT masih menjadi komponen terbesar, yaitu sebesar 66,31 persen.
Data ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I-2025 didorong oleh sektor ritel dan konsumsi rumah tangga, namun perlu adanya strategi untuk mengatasi kontraksi di sektor konstruksi dan pengeluaran pemerintah agar pertumbuhan ekonomi lebih merata dan berkelanjutan.
Pemerintah Provinsi NTT perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja masing-masing sektor untuk dapat merumuskan kebijakan yang tepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di masa mendatang. Pemantauan dan analisis yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kontraksi di beberapa sektor sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan yang lebih efektif.