Puncak Arus Balik Lebaran 2025 di Jakarta Terjadi Lebih Cepat dan Terkendali
Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat puncak arus balik Lebaran 2025 terjadi pada H+4, lebih cepat dan dengan volume penumpang lebih rendah dibandingkan tahun lalu, berkat kebijakan work from anywhere.

Jakarta, 7 April 2025 - Puncak arus balik Lebaran 2025 di Jakarta terjadi lebih cepat dari perkiraan. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengumumkan bahwa puncak arus balik tercatat pada tanggal 5 April 2025, atau H+4 Lebaran. Hal ini berdasarkan data dari tujuh terminal di Jakarta yang dikumpulkan hingga tanggal 6 April 2025. Data tersebut menunjukkan jumlah penumpang tertinggi terkonsentrasi pada tanggal 5 April. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berupaya memastikan kelancaran arus balik dan aksesibilitas transportasi bagi para pemudik.
Pencapaian ini menandai adanya penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Syafrin menjelaskan bahwa jumlah penumpang puncak arus balik pada 5 April 2025 turun 22 persen dibandingkan puncak arus balik tahun 2024 yang terjadi pada 15 April. Begitu pula dengan arus mudik, puncaknya pada 28 Maret 2025 mengalami penurunan 0,4 persen dibandingkan puncak arus mudik Lebaran 2024. Penurunan ini menunjukkan keberhasilan strategi pemerintah dalam mengelola arus mudik dan balik Lebaran.
Lebih lanjut, Syafrin menekankan peran kebijakan work from anywhere (WFA) dalam mengurangi kepadatan arus balik. Kebijakan ini, menurutnya, telah mendistribusikan kepulangan pemudik secara lebih merata, sehingga mencegah terjadinya lonjakan penumpang yang ekstrem di terminal-terminal Jakarta. "Mereka memilih masih ada waktu, kita mundurkan kembalinya di tanggal 7 misalnya. Sehingga besok mereka tiba di Jakarta dan kemudian bisa beraktivitas pada hari Rabu," ujar Syafrin menjelaskan strategi pemudik yang lebih fleksibel.
Distribusi Penumpang dan Fasilitas Terminal
Dishub DKI Jakarta memastikan kesiapan fasilitas di tujuh terminal untuk memberikan kenyamanan bagi para penumpang. Fasilitas seperti ruang tunggu, toilet, dan mushola tersedia dan terjaga kebersihannya. Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga telah menyediakan akses mudah ke transportasi lanjutan, seperti TransJakarta, Mikrotrans, dan angkutan umum lainnya, agar penumpang dapat langsung menuju tujuan akhir mereka tanpa menunggu lama di terminal. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kepadatan dan penumpukan penumpang di terminal.
Syafrin menambahkan bahwa pemerintah berupaya agar para penumpang tidak perlu menunggu lama di terminal. "Sehingga mereka tidak perlu menunggu lama di terminal. Langsung berpindah apakah itu ke TransJakarta, Mikrotrans, Minitrans, ataupun angkutan reguler lainnya yang ada di terminal," jelasnya. Dengan demikian, diharapkan arus balik Lebaran 2025 dapat berjalan lancar dan terkendali.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam mengelola arus balik Lebaran 2025 cukup efektif. Penurunan jumlah penumpang puncak arus balik dan distribusi kepulangan yang lebih merata berkat kebijakan WFA menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi kepadatan dan meningkatkan kenyamanan pemudik.
Dampak Kebijakan Work From Anywhere
Kebijakan work from anywhere (WFA) terbukti memberikan dampak positif pada manajemen arus balik Lebaran tahun ini. Dengan fleksibilitas waktu kerja, para pemudik dapat mengatur waktu kepulangan mereka sehingga tidak terkonsentrasi pada satu waktu tertentu. Hal ini secara efektif mengurangi kepadatan di terminal dan jalan raya, menciptakan arus balik yang lebih terdistribusi dan terkendali.
Data menunjukkan penurunan signifikan pada puncak arus balik dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menjadi bukti nyata efektivitas kebijakan WFA dalam meratakan distribusi pemudik. Ke depannya, kebijakan serupa dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada periode mudik dan balik lainnya guna meminimalisir kepadatan dan meningkatkan efisiensi transportasi.
Kesimpulannya, keberhasilan dalam mengelola arus balik Lebaran 2025 tidak terlepas dari peran kebijakan WFA dan kesiapan fasilitas di terminal-terminal Jakarta. Penurunan jumlah penumpang puncak dan distribusi kepulangan yang lebih merata menunjukkan efektivitas strategi yang diterapkan oleh pemerintah.